Tugas Pertanian Berkelanjutan R 004 Selasa, 3 September 2024
Pembangunan pertanian Berkelanjutan, mesti memenuhi 3 aspek atau 3 sisi dari pembangunan. 1. Keberlanjutan ekologi dan biosfer, 2 keberlanjutan masyarakat dan 3 Keberlanjutan produk sebagai pembangunan Ekon0mi.
Anda diminta memberikan uraian/argimentasi beserta contoh pembangunan atau aktivitas pertanian dalam kehidupan sehari-hari yang mencederai salah satu atau ketiga dari aspek pembangunan pertanian. Pencederaan terhadap satu atau 3 aspek tersebut akan menimbulkan dampak apa saja?
1.Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Uraian/Argumentasi: Kegiatan pertanian yang tidak ramah lingkungan dapat mencederai keberlanjutan ekologi. Misalnya, penggunaan pestisida dan herbisida yang berlebihan dapat merusak ekosistem tanah dan air. Penerapan monoculture atau penanaman satu jenis tanaman dalam jangka panjang juga dapat mengurangi biodiversitas dan mengakibatkan penurunan kualitas tanah.
Contoh Aktivitas:Penggunaan Pestisida Berlebihan: Penerapan pestisida kimia yang berlebihan dapat membunuh bukan hanya hama tetapi juga organisme pengurai yang penting dalam ekosistem tanah. Ini dapat mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan pencemaran air tanah.
Dampak: A.)Penurunan Kualitas Tanah: Tanah menjadi kurang subur dan lebih rentan terhadap erosi
B.)Kerusakan Ekosistem: Keseimbangan ekosistem terganggu, yang dapat menyebabkan kepunahan spesies.
2.Keberlanjutan Masyarakat
Uraian/Argumentasi: Aspek sosial dari pembangunan pertanian berkaitan dengan kesejahteraan petani dan komunitas lokal. Praktik pertanian yang tidak mempertimbangkan kebutuhan dan hak-hak petani dapat menyebabkan ketidakadilan sosial dan mengabaikan kesejahteraan masyarakat.
Contoh Aktivitas:Kondisi Kerja yang Buruk: Dalam beberapa kasus, petani atau pekerja pertanian tidak mendapatkan upah yang adil atau bekerja dalam kondisi yang tidak aman.
Dampak:Ketidakadilan Sosial: Petani kecil atau pekerja seringkali dirugikan dan tidak mendapatkan keuntungan yang adil dari hasil pertanian.
3.Keberlanjutan Produk dan Ekonomi
Uraian/Argumentasi: Keberlanjutan ekonomi berkaitan dengan kemampuan produk pertanian untuk tetap berdaya saing di pasar dan memberikan keuntungan ekonomi yang stabil. Ketergantungan pada praktik yang tidak berkelanjutan dapat menurunkan produktivitas dan kualitas produk.
Contoh Aktivitas:Penggunaan Teknik Pertanian Intensif: Teknik seperti irigasi berlebihan atau penggunaan pupuk kimia yang tinggi dapat meningkatkan hasil dalam jangka pendek tetapi merusak kualitas tanah dan mengurangi hasil jangka panjang.
Pembangunan pertanian berkelanjutan memerlukan keseimbangan antara aspek ekologi, masyarakat, dan ekonomi untuk memastikan bahwa kegiatan pertanian tidak hanya produktif tetapi juga tidak merusak lingkungan dan memberikan manfaat sosial yang adil. Ketika salah satu atau lebih dari aspek ini tidak diperhatikan, dampak negatif yang signifikan dapat terjadi.
Berikut adalah uraian mengenai pencederaan terhadap masing-masing aspek pembangunan pertanian beserta dampaknya:
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Uraian/Argumentasi: Kegiatan pertanian yang tidak ramah lingkungan dapat mencederai keberlanjutan ekologi. Misalnya, penggunaan pestisida dan herbisida yang berlebihan dapat merusak ekosistem tanah dan air. Penerapan monoculture atau penanaman satu jenis tanaman dalam jangka panjang juga dapat mengurangi biodiversitas dan mengakibatkan penurunan kualitas tanah.
Contoh Aktivitas:
Penggunaan Pestisida Berlebihan: Penerapan pestisida kimia yang berlebihan dapat membunuh bukan hanya hama tetapi juga organisme pengurai yang penting dalam ekosistem tanah. Ini dapat mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan pencemaran air tanah.
Deforestasi untuk Perluasan Lahan Pertanian: Pembukaan hutan untuk lahan pertanian dapat mengakibatkan hilangnya habitat alami, penurunan biodiversitas, dan peningkatan emisi gas rumah kaca.
Dampak:
Penurunan Kualitas Tanah: Tanah menjadi kurang subur dan lebih rentan terhadap erosi.
Kerusakan Ekosistem: Keseimbangan ekosistem terganggu, yang dapat menyebabkan kepunahan spesies.
Pencemaran: Air tanah dan sumber air lainnya dapat tercemar oleh bahan kimia pertanian, mempengaruhi kualitas air dan kesehatan manusia.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Uraian/Argumentasi: Aspek sosial dari pembangunan pertanian berkaitan dengan kesejahteraan petani dan komunitas lokal. Praktik pertanian yang tidak mempertimbangkan kebutuhan dan hak-hak petani dapat menyebabkan ketidakadilan sosial dan mengabaikan kesejahteraan masyarakat.
Contoh Aktivitas:
Kondisi Kerja yang Buruk: Dalam beberapa kasus, petani atau pekerja pertanian tidak mendapatkan upah yang adil atau bekerja dalam kondisi yang tidak aman.
Pengabaian Kesehatan dan Pendidikan: Ketergantungan pada modal besar dalam pertanian modern kadang mengabaikan aspek-aspek penting seperti akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan bagi petani.
Dampak:
Ketidakadilan Sosial: Petani kecil atau pekerja seringkali dirugikan dan tidak mendapatkan keuntungan yang adil dari hasil pertanian.
Kesejahteraan Menurun: Kondisi kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah kesehatan dan penurunan kualitas hidup.
3. Keberlanjutan Produk dan Ekonomi
Uraian/Argumentasi: Keberlanjutan ekonomi berkaitan dengan kemampuan produk pertanian untuk tetap berdaya saing di pasar dan memberikan keuntungan ekonomi yang stabil. Ketergantungan pada praktik yang tidak berkelanjutan dapat menurunkan produktivitas dan kualitas produk.
Contoh Aktivitas:
Penggunaan Teknik Pertanian Intensif: Teknik seperti irigasi berlebihan atau penggunaan pupuk kimia yang tinggi dapat meningkatkan hasil dalam jangka pendek tetapi merusak kualitas tanah dan mengurangi hasil jangka panjang.
Ketergantungan pada Varietas Tanaman Tunggal: Penanaman varietas tanaman yang sama secara terus-menerus dapat membuat tanaman lebih rentan terhadap penyakit dan hama.
Dampak:
a.)Penurunan Produktivitas: Kualitas tanah menurun, yang dapat mengurangi hasil pertanian di masa depan.
b.)Krisis Ekonomi: Ketergantungan pada metode yang merusak dapat mengakibatkan fluktuasi harga dan krisis ekonomi bagi petani.
KESIMPULAN:
Pembangunan pertanian berkelanjutan harus mempertimbangkan keseimbangan antara keberlanjutan ekologi, sosial, dan ekonomi. Pencederaan terhadap salah satu atau lebih dari aspek ini dapat mengakibatkan dampak negatif yang luas, termasuk kerusakan lingkungan, ketidakadilan sosial, dan ketidakstabilan ekonomi. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan praktik pertanian yang menyeluruh dan terintegrasi untuk memastikan manfaat jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat.
Pembangunan pertanian berkelanjutan harus memenuhi tiga aspek utama: keberlanjutan ekologi dan biosfer, keberlanjutan masyarakat, dan keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi. Berikut adalah uraian dan contoh aktivitas pertanian yang mencederai salah satu atau ketiga aspek tersebut, serta dampak yang timbul dari pencederaan tersebut.
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Uraian:
Keberlanjutan ekologi dan biosfer berarti bahwa aktivitas pertanian tidak hanya mempertahankan keseimbangan lingkungan alami tetapi juga meningkatkan kualitas ekosistem. Ini meliputi penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, pengelolaan tanah yang efektif, dan pengurangan polusi.
Contoh Aktivitas yang Mencederai:
– Penggunaan Bahan Kimia Berlebihan: Penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dapat menyebabkan polusi tanah dan air, serta kerusakan ekosistem. Contoh: Penggunaan pestisida kimia yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kontaminasi tanah dan air, serta mengganggu populasi hewan yang berperan dalam ekosistem.
Dampak:
– Polusi Tanah dan Air: Bahan kimia pertanian yang tidak terkendali dapat terbawa air hujan dan mengendap di sungai, badan air lainnya, dan akhirnya terserap ke dalam air tanah. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi air minum dan tanah, yang berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem.
– Kerusakan Ekosistem: Kontaminasi tanah dan air dapat mengganggu populasi hewan yang berperan dalam ekosistem, sehingga mengurangi keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Uraian:
Keberlanjutan masyarakat berarti bahwa aktivitas pertanian tidak hanya mempertahankan kesejahteraan petani dan masyarakat lokal tetapi juga meningkatkan kualitas hidup mereka. Ini meliputi pemberdayaan petani, peningkatan pendapatan, dan peningkatan kesehatan.
Contoh Aktivitas yang Mencederai:
– Alih Fungsi Lahan: Alih fungsi lahan dari pertanian ke kegiatan lain seperti pembangunan perumahan atau industri dapat mengurangi sumber daya alam yang tersedia untuk pertanian. Contoh: Penggalian tanah sawah untuk galian C dapat merusak tata air pengairan (irigasi dan drainase) serta menghilangkan lapisan tanah bagian atas yang lebih subur.
Dampak:
– Kurangnya Sumber Daya Alam: Alih fungsi lahan dapat mengurangi sumber daya alam yang tersedia untuk pertanian, sehingga mengurangi produktivitas dan ketersediaan bahan pangan.
– Kerusakan Tata Air: Penggalian tanah sawah dapat merusak tata air pengairan, sehingga mengganggu irigasi dan drainase, yang berdampak pada ketersediaan air bagi pertanian.
3. Keberlanjutan Produk sebagai Pembangunan Ekonomi
Uraian:
Keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi berarti bahwa aktivitas pertanian tidak hanya memproduksi bahan pangan yang berkualitas tetapi juga meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat. Ini meliputi pengembangan teknologi, pemasaran produk, dan peningkatan efisiensi produksi.
Contoh Aktivitas yang Mencederai:
– Kurangnya Teknologi dan Pemasaran: Kurangnya teknologi dan pemasaran yang efektif dapat mengurangi kualitas dan kuantitas produk pertanian. Contoh: Petani yang tidak memiliki akses ke teknologi panen dan pasca-panen modern dapat mengalami penurunan kualitas hasil panen, sehingga mengurangi nilai jual produk.
Dampak:
– Penurunan Kualitas Produk: Kurangnya teknologi dan pemasaran dapat menyebabkan penurunan kualitas produk pertanian, sehingga mengurangi nilai jual dan pendapatan petani.
– Kurangnya Pendapatan Petani: Penurunan kualitas produk dapat mengurangi nilai jual, sehingga mengurangi pendapatan petani dan masyarakat, yang berdampak pada kesejahteraan ekonomi.
Dalam keseluruhan, pembangunan pertanian berkelanjutan harus mempertimbangkan tiga aspek utama: keberlanjutan ekologi dan biosfer, keberlanjutan masyarakat, dan keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi. Pencederaan terhadap salah satu atau ketiga aspek tersebut dapat menimbulkan dampak yang signifikan, seperti polusi lingkungan, kerusakan ekosistem, kurangnya sumber daya alam, kerusakan tata air, penurunan kualitas produk, dan kurangnya pendapatan petani. Oleh karena itu, penting untuk mengimplementasikan praktik pertanian berkelanjutan yang berintegrasi dengan tiga aspek tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat, serta menjaga keseimbangan lingkungan alami.
3 Aspek dari pembangunan pertanian berkelanjutan :
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer: Ini berarti pertanian harus menjaga keseimbangan ekosistem, melindungi keanekaragaman hayati, dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti erosi tanah, pencemaran air, dan perubahan iklim.
2. Keberlanjutan Masyarakat: Aspek ini mencakup kesejahteraan petani, keadilan sosial, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat pedesaan. Pertanian berkelanjutan harus mampu memberikan penghasilan yang layak bagi petani dan mendukung komunitas pertanian.
3. Keberlanjutan Ekonomi: Pertanian harus menghasilkan produk yang berkualitas dan berkelanjutan secara ekonomi. Ini berarti pertanian harus efisien, menguntungkan, dan mampu bersaing di pasar.
Disini saya akan memberikan 1 contoh pertanian yang mencederai salah satu aspek pembangunan pertanian berkelanjutan, yaitu contoh dari keberlanjutan ekologi dan biosfer.
Dalam hal ini contok aktivitas pertanian yang mencederai aspek keberlanjutan ekologi dan biosfer yaitu, monokultur dimana aktivitas ini merupakan menanam satu jenis tanaman dalam skala besar yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, menurunkan keanekaragaman hayati, merusak struktur tanah dan meningkatkan resiko hama dan penyakit.
Untuk contoh daerah yang menggunakan metode penanaman tanaman pertanian secara monokultur banyak diterapkan di indonesia yang sistem pertaniannya sekala besar, biasanya untuk aktivitas ini petani menanam padi, jagung, tebu dan kelapa sawit.
Penggunaan pestisida secara berlebihan dalam pertanian
Pencederaan terhadap keberlanjutan ekologi dan biosfer, penggunaan pestisida secara berlebihan akan menyebabkan kerusakan lingkungan seperti mengganggu keseimbangan ekosistem sehingga dapat menyebabkan penyebaran hama dan penyakit lainnya. Membunuh serangga yang berguna seperti lebah dan kupu-kupu yang berperan penting dalam proses penyerbukan serta dapat mencemari sungai dan air tanah sehingga berdampak pada kehidupan akuatik.
Dampak yang akan terjadi diantaranya adalah kerusakan tanah dan penurunan kesuburan tanah, meningkatkan emisi gas rumah kaca dan berkontribusi pada perubahan iklim. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia dan meningkatkan penggunaan metode pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pencederaan Aspek keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Penggunaan Pestisida dan Pupuk Kimia Berlebihan, Penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan dapat mencemari tanah, air, dan udara.
Pencederaan aspek keberlanjutan masyarakat
Penggunaan teknologi canggih yang menggantikan manusia, banyak teknologi canggih sekarang yang tidak memerlukan tenaga manusia, dan bisa di operasikan oleh satu orang saja, itu berdampak kepada lahan pekerjaan untuk masyarakat, karena sudah di gantikan dengan teknologi
Pencederaan aspek ekonomi
Ketergantungan pada input eksternal, seperti pupuk kimia, pestisida, dan bibit hibrida, yang tergolong mahal, maka petani memerlukan penambahan biaya produksi untuk itu, belum lagi penggunaan pupuk kimia berlebihan dapat merusak tanah, dan perlu biaya yang tidak sedikit untuk memperbaiki tanah tersebut.
Pencederaan Aspek keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Penggunaan Pestisida dan Pupuk Kimia Berlebihan, Penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan dapat mencemari tanah, air, dan udara, dan hal itu dapat menjadi faktor penyebab global warming.
Pencederaan aspek keberlanjutan masyarakat
Penggunaan teknologi canggih yang menggantikan manusia, banyak teknologi canggih sekarang yang tidak memerlukan tenaga manusia, dan bisa di operasikan oleh satu orang saja, itu berdampak kepada lahan pekerjaan untuk masyarakat, karena sudah di gantikan dengan teknologi
Pencederaan aspek ekonomi
Ketergantungan pada input eksternal, seperti pupuk kimia, pestisida, dan bibit hibrida, yang tergolong mahal, maka petani memerlukan penambahan biaya produksi untuk itu, belum lagi penggunaan pupuk kimia berlebihan dapat merusak tanah, dan perlu biaya yang tidak sedikit untuk memperbaiki tanah tersebut.
Nama: Emilia Contesa
NIM: D1B022114
Kelas: R-004
Pertanian berkelanjutan adalah metode yang mengintegrasikan keseimbangan antara ekologi, masyarakat, dan ekonomi. Namun, beberapa praktik pertanian, seperti pembakaran hutan untuk membuka lahan, justru melanggar prinsip ini. Berikut adalah dampak dari pembakaran hutan terhadap tiga aspek utama pembangunan pertanian berkelanjutan:
1. Keberlanjutan ekologi dan biosfer.
Pembakaran hutan merusak ekosistem secara drastis. Berdasarkan data Tim GIS KKI Warsi, pada tahun 2023, di Jambi saja, sekitar 335 hektare hutan terbakar. Pembakaran ini menghancurkan habitat flora dan fauna, menyebabkan degradasi tanah, serta mengganggu siklus air. Selain itu, asap dari kebakaran mengandung partikel berbahaya yang mencemari udara, meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti penyakit pernapasan.
2. Keberlanjutan masyarakat.
Asap dari kebakaran hutan berdampak langsung pada kesehatan masyarakat sekitar. Polusi udara meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit jantung, serta kanker paru-paru. Selain itu, pembakaran hutan sering memicu konflik agraria antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat lokal, terutama terkait kepemilikan lahan. Masyarakat yang bergantung pada hutan sebagai sumber mata pencaharian juga kehilangan pendapatan, yang akhirnya memperburuk kondisi kemiskinan.
3. Keberlanjutan produk sebagai pembangunan Ekonomi.
Meskipun ada manfaat ekonomi jangka pendek bagi perusahaan, seperti penghematan biaya pembukaan lahan, dampak jangka panjang sangat merugikan. Banyak perusahaan menghadapi sanksi dan biaya pemulihan lingkungan yang besar. Selain itu, beberapa perusahaan kelapa sawit kehilangan akses pasar internasional, khususnya di Eropa, karena tuduhan deforestasi. Bagi masyarakat lokal, ketergantungan pada pekerjaan di perusahaan besar sering kali menghasilkan upah rendah dan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi ketika harga komoditas turun.
Secara keseluruhan, praktik pembakaran hutan bertentangan dengan prinsip pertanian berkelanjutan karena menimbulkan kerusakan lingkungan, mempengaruhi kesehatan masyarakat, dan menyebabkan kerugian ekonomi jangka panjang.
Pembangunan pertanian berkelanjutan harus memperhatikan tiga aspek utama: keberlanjutan ekologi dan biosfer, keberlanjutan masyarakat, dan keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi. Jika salah satu dari aspek ini tidak dipenuhi, dampaknya bisa sangat merugikan. Berikut adalah uraian dan contoh bagaimana aktivitas pertanian sehari-hari dapat mencederai salah satu atau lebih dari aspek tersebut:
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Contoh Aktivitas : Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan.
Uraian : Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air, serta merusak ekosistem. Contoh konkret adalah pencemaran tanah dan air akibat limbah pestisida yang dapat membunuh organisme tanah dan mencemari sumber air. Akibatnya, keanekaragaman hayati menurun, tanah menjadi kurang subur, dan ekosistem menjadi tidak stabil.
Dampak : Penurunan kualitas tanah, pencemaran air, hilangnya spesies tanaman dan hewan, serta risiko kesehatan bagi manusia yang mengonsumsi hasil pertanian yang tercemar.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Contoh Aktivitas: Pembangunan perkebunan besar di area yang sebelumnya merupakan lahan pertanian kecil milik petani lokal.
Uraian: Pembangunan perkebunan besar untuk tanaman monokultur seperti kelapa sawit seringkali mengakibatkan penggusuran masyarakat lokal yang bergantung pada lahan kecil mereka untuk bertani. Hal ini juga dapat mengubah struktur sosial dan ekonomi komunitas, menyebabkan ketidakadilan sosial dan konflik.
Dampak : Hilangnya mata pencaharian bagi petani kecil, peningkatan ketimpangan sosial, konflik tanah, dan penurunan kualitas hidup masyarakat lokal.
3. Keberlanjutan Produk sebagai Pembangunan Ekonomi
Contoh Aktivitas: Penanaman tanaman dengan metode yang tidak mempertimbangkan rotasi tanaman.
Uraian: Tanpa rotasi tanaman, tanah dapat mengalami penurunan kualitas karena defisiensi nutrisi dan akumulasi patogen tanaman. Hal ini mengakibatkan hasil panen yang menurun dan kebutuhan untuk input lebih banyak dalam bentuk pupuk dan pestisida, yang meningkatkan biaya produksi.
Dampak : Penurunan produktivitas jangka panjang, ketergantungan pada input eksternal yang mahal, dan kerugian ekonomi bagi petani.
Kesimpulan
Mengabaikan salah satu aspek keberlanjutan dalam pertanian dapat menimbulkan dampak serius. Misalnya, pengabaian keberlanjutan ekologi dapat merusak lingkungan secara luas, pengabaian keberlanjutan masyarakat dapat menyebabkan ketidakadilan sosial, dan pengabaian keberlanjutan produk dapat mengancam kestabilan ekonomi pertanian. Untuk mencapai pembangunan pertanian yang berkelanjutan, penting untuk mengintegrasikan ketiga aspek ini secara seimbang dalam setiap aktivitas pertanian.
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan: Keseimbangan Tiga Pilar
Seperti yang Anda sebutkan, pembangunan pertanian berkelanjutan harus memenuhi tiga pilar utama:
Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer: Memelihara keseimbangan ekosistem, menjaga kualitas tanah dan air, serta melindungi keanekaragaman hayati.
Keberlanjutan Masyarakat: Meningkatkan kesejahteraan petani, menjamin keadilan sosial, dan memperkuat komunitas pertanian.
Keberlanjutan Ekonomi: Menjamin kelangsungan usaha pertanian, meningkatkan produktivitas, dan memberikan nilai tambah bagi produk pertanian.
Contoh Aktivitas Pertanian yang Mencederai Salah Satu atau Ketiga Aspek
Penggunaan Pestisida dan Pupuk Kimia Berlebihan:
Dampak: Mencemari tanah dan air, membunuh organisme tanah yang bermanfaat, mengancam kesehatan manusia dan hewan, serta mengurangi keanekaragaman hayati.
Pencedeeraan Aspek: Terutama mencederai keberlanjutan ekologi dan biosfer. Namun, dalam jangka panjang juga dapat berdampak negatif pada kesehatan petani dan konsumen (aspek sosial) serta meningkatkan biaya produksi (aspek ekonomi).
Monokultur Ekstensif:
Dampak: Menipiskan lapisan tanah, meningkatkan erosi, mengurangi penyerapan air, dan membuat ekosistem menjadi rentan terhadap hama dan penyakit.
Pencedeeraan Aspek: Utamakan mencederai keberlanjutan ekologi. Namun, dalam jangka panjang dapat mengurangi produktivitas tanah dan meningkatkan kerentanan terhadap perubahan iklim (aspek ekonomi).
Intensifikasi Pertanian Tanpa Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan:
Dampak: Menekan sumber daya air, meningkatkan emisi gas rumah kaca, dan merusak habitat alami.
Pencedeeraan Aspek: Mencederai keberlanjutan ekologi dan biosfer. Dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan konflik sosial akibat perebutan sumber daya (aspek sosial).
Tidak Adanya Rotasi Tanaman:
Dampak: Menipiskan kandungan nutrisi tanah, meningkatkan serangan hama dan penyakit, dan mengurangi keanekaragaman hayati.
Pencedeeraan Aspek: Utamakan mencederai keberlanjutan ekologi. Namun, dalam jangka panjang dapat mengurangi produktivitas tanaman (aspek ekonomi).
Dampak Pencedeeraan Terhadap Satu atau Tiga Aspek
Dampak Lingkungan: Kerusakan ekosistem, penurunan kualitas air dan tanah, hilangnya keanekaragaman hayati, dan peningkatan risiko bencana alam.
Dampak Sosial: Kemiskinan petani, ketimpangan sosial, konflik agraria, dan masalah kesehatan masyarakat.
Dampak Ekonomi: Penurunan produktivitas, peningkatan biaya produksi, dan ketidakstabilan pasokan pangan.
Kesimpulan
Pembangunan pertanian yang tidak berkelanjutan akan menimbulkan dampak yang kompleks dan saling terkait. Untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan, diperlukan pendekatan yang holistik dengan memperhatikan keseimbangan antara aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Beberapa alternatif pertanian berkelanjutan yang dapat diterapkan antara lain:
Pertanian organik: Menggunakan pupuk organik, pengendalian hama secara biologis, dan rotasi tanaman.
Agroforestri: Menggabungkan tanaman pangan dengan pohon untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga kelestarian lingkungan.
Sistem pertanian terpadu: Menggabungkan berbagai jenis tanaman dan hewan ternak dalam satu sistem untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan, kita dapat mewujudkan pertanian yang produktif, adil, dan ramah lingkungan untuk generasi sekarang dan masa depan.
Pertanyaan Tambahan:
Apakah Anda ingin membahas lebih lanjut tentang salah satu contoh di atas? Atau mungkin Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang praktik pertanian berkelanjutan lainnya?
Kata Kunci: pembangunan pertanian berkelanjutan, keberlanjutan ekologi, keberlanjutan sosial, keberlanjutan ekonomi, pestisida, pupuk kimia, monokultur, intensifikasi pertanian, rotasi tanaman, pertanian organik, agroforestri, sistem pertanian terpadu.
Pembangunan pertanian berkelanjutan harus memperhatikan tiga aspek utama: keberlanjutan ekologi dan biosfer, keberlanjutan masyarakat, dan keberlanjutan ekonomi. Ketika satu atau lebih dari ketiga aspek tersebut diabaikan atau dilanggar, hal ini dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan, baik terhadap lingkungan, masyarakat, maupun ekonomi. Beberapa aspek beserta contoh aktivitas pertanian yang mencederai aspek tersebut serta dampak yang mungkin terjadi:
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Keberlanjutan ekologi dan biosfer berkaitan dengan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup serta ekosistem, termasuk tanah, air, dan udara. Pertanian yang berkelanjutan harus menjaga keseimbangan alam dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Contoh aktivitas yang mencederai:
• Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan. Aktivitas ini dapat mencemari tanah dan air, serta membunuh organisme yang bermanfaat bagi ekosistem.
• Deforestasi untuk membuka lahan pertanian, yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan mengganggu keseimbangan alam.
Dampak:
• Kerusakan lingkungan: Pencemaran tanah dan air menyebabkan kerusakan ekosistem dan hilangnya habitat bagi banyak spesies, termasuk spesies yang berperan penting dalam siklus pertanian.
• Penurunan kualitas tanah: Penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat mengurangi kesuburan tanah dalam jangka panjang, mengurangi hasil panen dan keberlanjutan pertanian.
• Penggunaan Pestisida dan Pupuk Kimia Secara Berlebihan juga dapat berdampak seperti dampak pada Ekologi dan Biosfer: Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara, serta membunuh organisme non-target seperti serangga penyerbuk dan mikroorganisme tanah yang penting bagi kesehatan ekosistem. Dampak pada Masyarakat: Pencemaran lingkungan dapat merusak kesehatan manusia, khususnya bagi para petani dan komunitas sekitar yang terpapar langsung terhadap bahan kimia berbahaya. Dampak pada Keberlanjutan Ekonomi: Ketergantungan pada input kimia mahal bisa membebani petani secara finansial, dan dalam jangka panjang, mengurangi kesuburan tanah yang berdampak pada penurunan produktivitas pertanian.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Keberlanjutan ini mencakup dampak sosial dari pertanian terhadap kehidupan masyarakat lokal, seperti kesejahteraan petani, keseimbangan sosial, dan akses terhadap sumber daya yang adil.
Contoh aktivitas yang mencederai:
• Monokultur skala besar yang dilakukan oleh perusahaan besar sering kali mengabaikan kebutuhan masyarakat lokal. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya mata pencaharian petani kecil, yang bergantung pada pertanian multikultur untuk mendukung keberlangsungan hidup mereka.
• Praktik pertanian yang mengeksploitasi tenaga kerja dengan upah rendah atau tanpa perlindungan tenaga kerja yang memadai.
Dampak:
• Ketimpangan sosial: Petani kecil dan komunitas lokal akan kehilangan akses terhadap lahan dan sumber daya, memperlebar kesenjangan ekonomi dan sosial.
• Pengabaian kesejahteraan petani: Eksploitasi tenaga kerja dapat menyebabkan rendahnya kualitas hidup petani dan pekerja di sektor pertanian, mengurangi kesejahteraan masyarakat secara umum.
• Pertanian Monokultur juga memiliki dampak pada Ekologi dan Biosfer: Monokultur, atau penanaman satu jenis tanaman secara terus-menerus di area yang luas, dapat mengurangi keanekaragaman hayati, meningkatkan kerentanan terhadap hama dan penyakit, serta mempercepat degradasi tanah. Dampak pada Masyarakat: Masyarakat menjadi lebih rentan terhadap fluktuasi harga dan gagal panen, karena ketergantungan pada satu jenis tanaman. Dampak pada Keberlanjutan Ekonomi: Monokultur sering kali membutuhkan input yang lebih tinggi seperti pupuk dan pestisida, yang meningkatkan biaya dan mengurangi margin keuntungan petani dalam jangka panjang.
3. Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi berarti pertanian harus mampu memberikan keuntungan yang cukup bagi petani dan masyarakat, serta menciptakan sistem yang ekonomis dalam jangka panjang tanpa merusak sumber daya alam yang menjadi tumpuan pertanian.
Contoh aktivitas yang mencederai:
• Penggunaan lahan secara intensif tanpa mempertimbangkan regenerasi sumber daya alam. Praktik ini mungkin memberikan hasil tinggi dalam jangka pendek tetapi menguras sumber daya alam sehingga tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.
• Ketergantungan pada komoditas tunggal (monokultur) yang rentan terhadap fluktuasi harga pasar dan serangan hama, yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar jika terjadi kegagalan panen.
Dampak:
• Kerugian ekonomi: Ketidakberlanjutan dalam praktik ekonomi pertanian dapat mengakibatkan kerugian besar bagi petani ketika terjadi gangguan pada rantai pasokan atau pasar, seperti penurunan harga komoditas atau bencana alam.
• Ketidakstabilan sistem pertanian: Ketergantungan pada praktik yang tidak ramah lingkungan dan tidak berkelanjutan dapat mengancam kelangsungan ekonomi pertanian di masa depan.
Penjelasan/argumentasi tentang 3 aspek pembangunan pertanian berkelanjutan, sebagai berikut:
1. Keberlanjutan ekologi dan biosfer
Keberlanjutan Ekologi bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki kesehatan ekosistem dengan pengelolaan sumber daya alam, perlindungan habitat, pengurangan polusi, dan dampak perubahan iklim. Selain itu, memastikan bahwa ekosistem dapat mempertahankan fungsinya dengan menyediakan layanan lingkungan, seperti sebagai penyediaan udara bersih, air, dan tanah subur untuk generasi mendatang. Sedangkan, keberlanjutan Biosfer berfokus pada pelestarian biosfer bumi yang mendukung kehidupan, meliputi keanekaragaman hayati, keseimbangan ekosistem, interaksi antar ekosistem, dan perlindungan spesies. Kerjasama internasional dan lintas sektor vital untuk menjaga planet ini tetap mendukung kehidupan.
2. Keberlanjutan masyarakat
Keberlanjutan masyarakat merupakan hal yang mencakup kemampuan masyarakat untuk terus berkembang secara adil, inklusif, dan stabil dengan menjaga lingkungan, kesejahteraan sosial, distribusi ekonomi yang adil, pengelolaan sumber daya alam, dan pelestarian budaya. Kolaborasi pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal penting dalam mencapai tujuan bersama.
3. Keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi
Keberlanjutan produk dalam pembangunan ekonomi berfokus pada penciptaan dan pengelolaan produk dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi. Aspek keberlanjutan produk melibatkan desain dan produksi yang ramah lingkungan, kepatuhan terhadap kondisi kerja yang adil, serta membahas inovasi, efisiensi, dan pembukaan peluang pasar baru untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan mengurangi biaya lingkungan. Tujuannya adalah mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Contoh pembangunan atau aktivitas pertanian dalam kehidupan sehari-hari yang mencederai salah satu atau ketiga dari aspek pembangunan pertanian serta Pencederaan terhadap satu atau 3 aspek tersebut akan menimbulkan dampak, sebagai berikut:
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Contoh: Pembukaan hutan untuk lahan pertanian baru (Deforestasi).
• Dampak: Deforestasi menyebabkan penurunan biodiversitas yang dapat mengancam menghilangkan habitat flora dan fauna, penurunan karbon dioksida dan kontribusi pada perubahan iklim serta meningkatkan erosi dan mengurangi kesuburan dan menyebabkan sedimentasi di badan air.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Contoh: lahan pertanian diubah menjadi lahan perumahan, industri, atau infrastruktur seperti jalan dan jembatan.
• Dampak: Penduduk yang tinggal di pemukiman harus pindah, mengakibatkan gangguan sosial dan budaya serta kehilangan sumber pendapatan para petani dan pasokan pangan lokal berkurang dan meningkatnya ketergantungan pada pasokan luar. Perubahan dalam penggunaan lahan juga dapat menimbulkan konflik tentang hak milik tanah, memengaruhi hubungan sosial dan kurangnya sumber air bersih di daerah tersebut.
3. Keberlanjutan Produk sebagai Pembangunan Ekonomi
Contoh: Petani menanam jenis tanaman yang sama di lahan yang sama.
• Dampak: Menanam jenis tanaman yang sama secara terus-menerus di lahan yang sama, atau praktik monokultur, dapat memiliki dampak negatif. Penurunan kesuburan tanah dapat terjadi karena tanaman yang sama terus-menerus menyerap nutrisi yang sama, menyebabkan pengurasan nutrisi dan penurunan kualitas tanah karena kurangnya keragaman tanaman yang melindungi tanah. Selain itu, monokultur meningkatkan kerentanan terhadap hama dan penyakit karena tanaman yang sama membuat seluruh area rentan terhadap serangan yang menyebabkan penyebaran cepat dan penggunaan pestisida yang berlebihan. Hal itu dapat menyebabkan ketergantungan pada input mengakibatkan meningkatkan biaya produksi, risiko ekonomi, dan mengurangi kualitas produk dan nilai gizi.
Dampak Keseluruhan
Penurunan biodiversitas, perubahan iklim, dan kerusakan ekosistem yang berdampak pada keseimbangan alam dan kualitas lingkungan serta gangguan pada mata pencaharian, penggusuran, dan konflik sosial yang mempengaruhi stabilitas dan kesejahteraan komunitas lokal. Selain itu, penurunan hasil pertanian jangka panjang, ketergantungan pada input eksternal, dan risiko pasar yang dapat mempengaruhi profitabilitas dan keberlanjutan ekonomi pertanian.
Pembakaran hutan di Provinsi Riau untuk memperluas lahan perkebunan pada tahun 2019
kegiatan pembakaran ini mencederai 3 aspek pembangunan pertanian
1. Aspek Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Pembakaran hutan untuk memperluas lahan perkebunan menyebabkan hilangnya habitat bagi banyak spesies, berkurangnya keanekaragaman hayati, dan peningkatan emisi karbon dioksida yang berkontribusi pada perubahan iklim.
2. Aspek Keberlanjutan Masyarakat
Masyarakat adat dan komunitas lokal yang bergantung pada hutan sering kali kehilangan sumber penghidupan mereka. Selain itu, perubahan iklim yang dipercepat dapat menyebabkan bencana alam yang mengancam keberlanjutan hidup manusia.
3. Aspek Keberlanjutan Ekonomi
Meskipun lahan baru mungkin meningkatkan produksi dalam jangka pendek, degradasi lingkungan yang dihasilkan bisa mengurangi produktivitas lahan dalam jangka panjang, menyebabkan ketergantungan pada lebih banyak lahan baru, dan memicu siklus destruktif yang tidak berkelanjutan.
Aktivitas pertanian seringkali membawa dampak negatif yang dapat mencederai aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dari pembangunan pertanian. Berikut adalah beberapa contoh aktivitas pertanian yang dapat menyebabkan pencederaan terhadap salah satu atau ketiga aspek tersebut, serta dampak yang ditimbulkan.
Contoh Aktivitas Pertanian yang Mencederai Aspek Pembangunan
1. Penggunaan Pestisida Berlebihan
Penggunaan pestisida yang berlebihan dalam pertanian dapat mencederai aspek lingkungan. Pestisida yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari tanah dan air, serta mengganggu kesehatan manusia dan hewan. Kontaminasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem lokal, mengurangi keanekaragaman hayati, dan menciptakan
resistensi hama.
2. Deforestasi untuk Pembukaan Lahan Pertanian
Kegiatan deforestasi untuk memperluas lahan pertanian dapat merusak ekosistem hutan, mengurangi penyerapan karbon, dan memperburuk perubahan iklim. Deforestasi juga berdampak pada hilangnya habitat bagi berbagai spesies, yang berkontribusi pada penurunan keanekaragaman hayati. Selain itu, hilangnya hutan dapat menyebabkan erosi tanah dan mengurangi kesuburan tanah.
3. Irigasi yang Tidak Efisien
Praktik irigasi yang tidak efisien dapat mengakibatkan berbagai masalah, seperti penurunan kualitas tanah akibat salinisasi, pencemaran air dari pupuk dan pestisida, serta penurunan cadangan air tanah. Pengambilan air tanah yang berlebihan untuk irigasi dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan subsiden tanah, yang pada gilirannya mempengaruhi produktivitas pertanian di masa depan.
Dampak Pencederaan terhadap Aspek Pembangunan:
Dampak Lingkungan
Pencemaran Air dan Tanah: Penggunaan bahan kimia pertanian dapat mencemari sumber air dan tanah, mengganggu ekosistem dan kesehatan masyarakat.
Perubahan Iklim: Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, memperburuk perubahan iklim global.
Dampak Sosial
Kesehatan Masyarakat: Paparan terhadap pestisida dan bahan kimia pertanian dapat menyebabkan masalah kesehatan, termasuk keracunan dan gangguan kesehatan jangka panjang.
Ketidakadilan Sosial: Petani kecil sering kali menjadi korban dari praktik pertanian yang merusak, tanpa mendapatkan manfaat yang seimbang dari hasil pertanian.
Dampak Ekonomi
Penurunan Produktivitas: Kerusakan tanah dan pencemaran dapat mengurangi hasil pertanian, yang berdampak pada pendapatan petani.
Krisis Pangan: Penurunan hasil pertanian dapat menyebabkan ketidakstabilan pasokan pangan, mengakibatkan lonjakan harga dan krisis pangan di masyarakat.
Dengan demikian, penting untuk menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Pembangunan pertanian berkelanjutan memang memerlukan perhatian pada tiga aspek utamanya yaitu: keberlanjutan ekologi dan biosfer, keberlanjutan masyarakat, serta keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi. Beberapa aspek pertanian yang dapat mencederai salah satu/ketiga aspek ini beserta dampak yang timbul yaitu:
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Contoh aktivitas yang mencederai:
a). Penggunaan pestisida berlebihan: Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan dapat menyebabkan polusi lingkungan, termasuk air dan tanah. Pestisida ini dapat terbawa oleh air hujan dan mengendap di sungai atau badan air lainnya dan akhirnya terserap ke dalam air tanah yang menyebabkan kontaminasi tanah dan air.
b). Irigasi Berlebihan: Irigasi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berkurangnya akuifer air tanah secara drastis, subsiden tanah dan meningkatnya kadar garam tanah yang mengakibatkan salinisasi tanah. Hal ini juga dapat menyebabkan polusi air karena tercucinya pupuk dan pestisida dari tanah pertanian ke ekosistem sekitar.
Dampak yang ditimbulkan:
a). Kerusakan lingkungan
Penggunaan pestisida berlebihan dan irigasi berlebihan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan termasuk pencemaran air dan tanah.
b). Kehilangan kesuburan tanah
Penggunaan pestisida yang berlebihan dan irigasi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kehilangan kesuburan tanah sehingga lahan pertanian menjadi tidak produktif.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Contoh aktivitas yang mencederai:
a). Penggalian tanah sawah untuk galian C
Galian C adalah kegiatan pertambangan yang mencakup eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pengangkutan dan penjualan bahan galian golongan C seperti marmer, granit, tanah liat, pasir, grafit, kalsit dan kaolin. Penggalian tanah sawah untuk galian C dapat merusak tata air pengairan (irigasi dan drainase) dan menghilangkan lapisan tanah bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur. Hal ini menyebabkan lahan sawah menjadi tidak produktif dan mengganggu kehidupan masyarakat yang bergantung pada pertanian.
b). Deforestasi
Deforestasi dapat menghilangkan habitat alami dan menyebabkan hilangnya biodiversitas yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam tersebut.
Dampak yang ditimbulkan:
a). Kerusakan Sumber Daya Alam
Penggalian tanah sawah dan deforestasi dapat menyebabkan kerusakan sumber daya alam yang sangat penting bagi masyarakat.
b). Pengurangan Kesejahteraan Masyarakat
Kegiatan ini dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada pertanian dan sumber daya alam.
3. Keberlanjutan Produk sebagai Pembangunan Ekonomi
Contoh Aktivitas yang Mencederai:
a). Penggunaan Bahan Kimia yang Berlebihan
Penggunaan bahan kimia pertanian yang berlebihan dapat mengurangi kualitas produk pertanian. Pestisida kimia dapat meninggalkan residu pada produk pertanian, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan konsumen.
b). Irigasi yang Tidak Efisien
Irigasi yang tidak efisien dapat meningkatkan biaya produksi dan mengurangi efisiensi pertanian. Hal ini dapat mengurangi keberlanjutan produk pertanian dan mengganggu stabilitas ekonomi masyarakat.
c). Aktivitas pertanian monokultur intensif
Pertanian monokultur yaitu menanam satu jenis tanaman dalam skala besar dapat meningkatkan hasil produksi dalam jangka pendek. Namun, metode ini sering kali mencederai keberlanjutan produk dan pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Ketergantungan pada satu jenis tanaman dapat membuat petani sangat rentan terhadap fluktuasi pasar dan serangan hama.
Dampak yang ditimbulkan:
a). Kurangnya Kualitas Produk
Penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat mengurangi kualitas produk pertanian sehingga kurang menarik bagi konsumen.
b). Kerusakan Ekonomi
Irigasi yang tidak efisien dapat meningkatkan biaya produksi dan mengurangi efisiensi pertanian yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas ekonomi masyarakat.
c). Krisis harga
Ketergantungan pada satu jenis produk membuat petani rentan terhadap fluktuasi harga di pasar global yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi para petani.
Mengabaikan salah satu dari ketiga aspek keberlanjutan dalam pertanian dapat menyebabkan dampak serius baik secara ekologis, sosial, maupun ekonomi. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan yang memperhatikan ketiga aspek tersebut secara seimbang agar pembangunan pertanian dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan, masyarakat, dan ekonomi.
Pembangunan pertanian berkelanjutan harus memenuhi tiga aspek utama yaitu keberlanjutan ekologi dan biosfer, keberlanjutan masyarakat, dan keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi. Dimana setiap aspek tersebut saling terkait satu dengan yang lain dan jika salah satu diabaikan akan menimbulkan dampak yang signifikan bagi keseimbangan ekosistem, kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Contoh pembangunan atau aktivitas pertanian dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mencederai salah satu aspek atau ketiga aspek tersebut adalah kasus penggundulan hutan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Jika di lihat dari aspek keberlanjutan ekologi, pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia sering dilakukan dengan cara pembakaran secara besar-besaran yang dapat menimbulkan dampak seperti kerusakan ekosistem. Hilangnya hutan hujan tropis juga merusak keseimbangan ekosistem lokal, mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air dan menahan erosi. Hal ini meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor. Dampak lainnya yaitu terjadinya polusi udara dan perubahan iklim dikarenakan pembakaran hutan secara tidak terkendali menghasilkan kabut asap yang mencemari udara, mengakibatkan masalah kesehatan pada populasi setempat dan berkontribusi terhadap pemanasan global karena emisi karbon yang tinggi.
Jika di lihat dari aspek keberlanjutan masyarakat perkebunan kelapa sawit seringkali tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat lokal. Hal ini memberikan dampak pada masyarakat, seperti terjadinya gangguan pada kesehatan yang disebabkan oleh asap hasil pembakaran hutan menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan di kalangan masyarakat, termasuk anak-anak dan orang tua, serta memengaruhi kualitas hidup mereka.
Meskipun perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar bagi beberapa perusahaan dan memperkuat ekspor Indonesia, aspek keberlanjutan ekonomi bagi masyarakat lokal sering diabaikan. Hal ini juga memberikan dampak seperti ketergantungan pada satu komoditas, fokus pada perkebunan kelapa sawit membuat masyarakat dan petani lokal sangat bergantung pada satu komoditas. Maka ketika harga minyak sawit jatuh di pasar global, pendapatan mereka terancam, dan ini bisa memicu ketidakstabilan ekonomi.
Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan pendekatan dalam sektor pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan saat ini untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki 3 aspek yaitu :
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Keberlanjutan ekologi berfokus pada keseimbangan lingkungan dan konservasi sumber daya alam. Pertanian yang merusak lingkungan, seperti penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan, akan mencemari tanah, air, dan ekosistem di sekitarnya. Selain itu, deforestasi untuk memperluas lahan pertanian mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati.
Contoh pelanggaran: Penggunaan pestisida berlebihan di lahan pertanian bisa membunuh serangga penyerbuk seperti lebah yang berperan penting dalam ekosistem.
Dampak: Penurunan keanekaragaman hayati, kerusakan ekosistem, degradasi lahan, dan polusi air.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Keberlanjutan sosial melibatkan kesejahteraan petani dan komunitas sekitar. Pertanian harus mendukung hak-hak pekerja, memberikan upah yang layak, serta menjaga kelestarian budaya pertanian lokal.
Contoh pelanggaran: Eksploitasi buruh tani dengan upah rendah dan kondisi kerja yang buruk. Selain itu, sistem pertanian yang mendorong petani kecil untuk beralih dari metode tradisional ke sistem yang lebih intensif secara teknologi dapat mengikis pengetahuan dan praktik pertanian lokal.
Dampak: Ketidakadilan sosial, kemiskinan, ketidaksetaraan, dan hilangnya kearifan lokal.
3. Keberlanjutan Produk dan Pembangunan Ekonomi
Aspek ekonomi menuntut agar hasil pertanian dapat memberikan keuntungan jangka panjang, baik bagi produsen maupun konsumen. Pertanian yang hanya berfokus pada produksi masif tanpa memperhatikan kualitas dan ketahanan produk dalam jangka panjang tidak berkelanjutan.
Contoh pelanggaran: Monokultur yang berlebihan untuk memenuhi permintaan pasar global dapat menguras kesuburan tanah, meningkatkan ketergantungan pada bahan kimia, dan menurunkan kualitas produk.
Dampak: Krisis ekonomi bagi petani saat harga komoditas anjlok, peningkatan ketergantungan pada input pertanian yang mahal, serta kerugian jangka panjang akibat degradasi sumber daya alam.
Dampak dari Pencederaan pada Ketiga Aspek
Lingkungan: Degradasi tanah, air, dan kerusakan ekosistem yang pada akhirnya merusak produktivitas pertanian itu sendiri.
Sosial: Ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, pengabaian hak-hak buruh, dan kemiskinan.
Ekonomi: Ketidakstabilan produksi, kerugian bagi petani kecil, serta risiko ketergantungan pada impor dan bahan kimia.
Kesimpulannya, pembangunan pertanian yang tidak berkelanjutan tidak hanya merusak alam, tetapi juga masyarakat dan ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi para pemangku kepentingan untuk berkomitmen pada prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan.
Pembangunan pertanian berkelanjutan harus mempertimbangkan tiga aspek yaitu keberlanjutan ekologi dan biosfer, keberlanjutan sosial, dan keberlanjutan ekonomi.
Pertama, Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer berkaitan pada pelestarian keseimbangan alam, termasuk keanekaragaman hayati dan kualitas tanah, air, serta udara. Salah satu pelanggaran yang sering terjadi di sekitar kita adalah penggunaan pestisida secara berlebihan dalam pertanian. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali dapat mencemari tanah dan air, merusak ekosistem, serta mengancam kesehatan manusia dan kehidupan akuatik. Pencemaran ini mengurangi kesuburan tanah dan mengganggu ekosistem sekitar, yang pada akhirnya berdampak negatif pada produktivitas pertanian.
Kedua, Keberlanjutan Sosial menekankan pada kesejahteraan masyarakat, hak atas tanah, dan akses terhadap sumber daya. Contoh pelanggaran terhadap aspek ini ialah ketika tanah pertanian yang dikelola masyarakat lokal diambil alih oleh perusahaan besar tanpa persetujuan mereka. Perubahan ini seringkali menyebabkan masyarakat lokal kehilangan sumber penghidupan dan hak atas tanah yang telah mereka kelola secara tradisional. Akibatnya, muncul ketidakadilan sosial, konflik, serta peningkatan kemiskinan dan ketidakstabilan sosial di kalangan masyarakat yang terkena dampak.
Dan yang ketiga, Keberlanjutan Ekonomi mengharuskan bahwa sektor pertanian harus memberikan keuntungan jangka panjang tanpa merusak lingkungan atau masyarakat. di sekitar kita masalah muncul dari ketergantungan yang tinggi pada satu komoditas seperti kelapa sawit. Ketergantungan ini membuat ekonomi lokal sangat rentan terhadap fluktuasi harga global. Penurunan harga kelapa sawit dapat menyebabkan kesulitan finansial besar bagi petani dan perusahaan, serta mengurangi kesempatan untuk mengembangkan sektor pertanian yang lebih beragam dan berkelanjutan.
Berikut ini adalah dampak pencederaan terhadap 3 aspek pembangunan pertanian berkelanjutan.
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer, Sistem irigasi yang tidak efisien dapat menurunkan kualitas tanah dan menyebabkan pencemaran air dari bahan kimia pupuk. Pengeringan sumber air lokal berdampak negatif pada ekosistem akuatik dan mengurangi ketersediaan air bersih, yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan mengancam sumber daya air untuk masyarakat serta pertanian.
2. Keberlanjutan Sosial, Pengambilalihan tanah yang sebelumnya digunakan oleh masyarakat adat untuk pertanian subsisten untuk proyek perkebunan tanpa melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan menyebabkan kehilangan mata pencaharian. Hal ini memicu konflik sosial dan memaksa masyarakat untuk mencari pekerjaan di sektor yang sering kali kurang menguntungkan, menambah kesenjangan sosial dan kemiskinan.
3. Keberlanjutan Ekonomi, Ketergantungan yang tinggi pada satu komoditas, seperti kelapa sawit, dengan dukungan subsidi menyebabkan risiko besar terhadap stabilitas ekonomi. Fluktuasi harga pasar global dapat menyebabkan masalah finansial yang signifikan bagi petani dan perusahaan, serta menghambat diversifikasi sektor pertanian yang penting untuk ketahanan pangan lokal.
Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan upaya untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Dimana kegiatan ini terdapat 3 aspek yaitu :
1. Keberlanjutan ekologi dan biosfer: Menjaga kesehatan ekosistem, keanekaragaman hayati, dan kualitas sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara.
2. Keberlanjutan masyarakat: Memastikan praktik pertanian yang adil, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga keberlanjutan sosial budaya.
3. Keberlanjutan ekonomi: Menjamin kelangsungan usaha tani, meningkatkan produktivitas, dan memberikan nilai tambah bagi produk pertanian.
Contoh pencemaran 3 aspek pembangunan pertanian berkelanjutan di Jambi:
Di Jambi, terdapat beberapa praktik pertanian yang dapat mencederai satu atau ketiga aspek pembangunan pertanian berkelanjutan
1. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan berdampak pada pencemaran tanah dan air, kerusakan ekosistem, ancaman terhadap kesehatan petani dan konsumen, resistensi hama dan penyakit. Contohnya penggunaan pestisida dan pupuk nitrogen secara berlebihan pada perkebunan sawit dan karet
2. Alih fungsi lahan pertanian berdampak pada hilangnya lahan produktif, penurunan keanekaragaman hayati, peningkatan erosi, dan perubahan iklim mikro. Contohnya konversi lahan pertanian menjadi perkebunan skala besar atau kawasan permukiman seperti perumahan
3. Budidaya monokultur berdampak pada kerentanan terhadap hama dan penyakit, penurunan kesuburan tanah, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Contohnya penanaman padi atau jagung secara terus-menerus di lahan yang sama tanpa rotasi tanaman
Dampak pencemaran terhadap ketiga aspek tersebut:
– Keberlanjutan ekologi dan biosfer: Kerusakan ekosistem akan mengganggu siklus nutrisi, mengurangi penyerapan karbon, dan meningkatkan emisi gas rumah kaca. Hal ini menyebabkan perubahan iklim, bencana alam, dan penurunan kualitas lingkungan hidup
– Keberlanjutan masyarakat: Pencemaran lingkungan akan mengancam kesehatan petani dan masyarakat sekitar, mengurangi pendapatan petani, dan meningkatkan konflik sosial. Selain itu, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan migrasi petani
– Keberlanjutan ekonomi: Kerusakan lingkungan akan mengurangi produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan biaya produksi, dan menurunkan daya saing produk pertanian di pasar
Pembangunan pertanian berkelanjutan harus mempertimbangkan tiga aspek yaitu keberlanjutan ekologi dan biosfer, keberlanjutan sosial, dan keberlanjutan ekonomi.
Pertama, Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer berkaitan pada pelestarian keseimbangan alam, termasuk keanekaragaman hayati dan kualitas tanah, air, serta udara. Salah satu pelanggaran yang sering terjadi di sekitar kita adalah penggunaan pestisida secara berlebihan dalam pertanian. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali dapat mencemari tanah dan air, merusak ekosistem, serta mengancam kesehatan manusia dan kehidupan akuatik. Pencemaran ini mengurangi kesuburan tanah dan mengganggu ekosistem sekitar, yang pada akhirnya berdampak negatif pada produktivitas pertanian.
Kedua, Keberlanjutan Sosial menekankan pada kesejahteraan masyarakat, hak atas tanah, dan akses terhadap sumber daya. Contoh pelanggaran terhadap aspek ini ialah ketika tanah pertanian yang dikelola masyarakat lokal diambil alih oleh perusahaan besar tanpa persetujuan mereka. Perubahan ini seringkali menyebabkan masyarakat lokal kehilangan sumber penghidupan dan hak atas tanah yang telah mereka kelola secara tradisional. Akibatnya, muncul ketidakadilan sosial, konflik, serta peningkatan kemiskinan dan ketidakstabilan sosial di kalangan masyarakat yang terkena dampak.
Dan yang ketiga, Keberlanjutan Ekonomi mengharuskan bahwa sektor pertanian harus memberikan keuntungan jangka panjang tanpa merusak lingkungan atau masyarakat. di sekitar kita masalah muncul dari ketergantungan yang tinggi pada satu komoditas seperti kelapa sawit. Ketergantungan ini membuat ekonomi lokal sangat rentan terhadap fluktuasi harga global. Penurunan harga kelapa sawit dapat menyebabkan kesulitan finansial besar bagi petani dan perusahaan, serta mengurangi kesempatan untuk mengembangkan sektor pertanian yang lebih beragam dan berkelanjutan.
Berikut ini adalah dampak pencederaan terhadap 3 aspek pembangunan pertanian berkelanjutan.
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer, Sistem irigasi yang tidak efisien dapat menurunkan kualitas tanah dan menyebabkan pencemaran air dari bahan kimia pupuk. Pengeringan sumber air lokal berdampak negatif pada ekosistem akuatik dan mengurangi ketersediaan air bersih, yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan mengancam sumber daya air untuk masyarakat serta pertanian.
2. Keberlanjutan Sosial, Pengambilalihan tanah yang sebelumnya digunakan oleh masyarakat adat untuk pertanian subsisten untuk proyek perkebunan tanpa melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan menyebabkan kehilangan mata pencaharian. Hal ini memicu konflik sosial dan memaksa masyarakat untuk mencari pekerjaan di sektor yang sering kali kurang menguntungkan, menambah kesenjangan sosial dan kemiskinan.
3. Keberlanjutan Ekonomi, Ketergantungan yang tinggi pada satu komoditas, seperti kelapa sawit, dengan dukungan subsidi menyebabkan risiko besar terhadap stabilitas ekonomi. Fluktuasi harga pasar global dapat menyebabkan masalah finansial yang signifikan bagi petani dan perusahaan, serta menghambat diversifikasi sektor pertanian yang penting untuk ketahanan pangan local
Contoh perilaku petani yang mencedarai salah satu salah satu aspek pertanian yaitu :
1. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan
Perilaku Masyarakat yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan
menjadi tantangan utama dalam menjaga keberlanjutan pertanian. Pupuk dan pestisida
kimia meskipun dapat meningkatkan produktivitas jangka pendek, memiliki dampak
negative yang signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Penggunaan pupuk
kimia berlebihan dappat menyebabkan tanah menjadi tidak subur, karena kandungan
nutrisi alami yang terkandung dalam tanah semakin berkurang. Hal ini dapat mengarah
pada penurunan kualitas tanah, sehingga tanaman yang ditanam tidak lagi mampu
menyerap nutrisi yang dibutuhkan secara efektif.
Penggunaan pestisida juga memiliki dampak yang sangat siginifikan terhadap
ekosistem, yang dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Salah satu dampak
utama adalah kerusakan pada serangga yang bermanfaat. Pestisida kimia yang digunakan
secara berlebihan dapat membunuh serangga yang bermanfaat seperti lebah, kupu-kupu,
dan serangga lainnya yang berperan penting dalam proses penyerbukan tanaman. Hal ini
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan menyebabkan penuunan produksi
tanaman karena kurangnya serangga yang membantu dalam proses penyerbukan.
Dampak negatif dari penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan juga
dapat dilihat dalam konteks sosial dan ekonomi. Masyarakat yang bergantung pada
pertanian yang tidak berkelanjutan sering kali menghadapi kesulitan ekonomi karena tanah yang tidak subur dan tanaman yang tidak sehat. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pendapatan petani dan meningkatkan kemiskinan di pedesaan. Selain itu, masyarakat juga harus menghadapi risiko kesehatan yang lebih besar karena konsumsi makanan yang terkontaminasi.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan perubahan perilaku masyarakat yang
menggunakan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan. Salah satu cara adalah dengan mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan yang menggunakan metode organik.
Pertanian organik menggunakan bahan-bahan alami seperti kompos dan pestisida alami seperti insektisida nabati untuk mengendalikan hama. Metode ini tidak hanya lebih ramah
lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas tanah dan tanaman.
2. Alih fungsi lahan
Dampak dari sikap petani yang menggunakan alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman atau kegiatan ekonomi lainnya sangat signifikan dan berdampak luas
terhadap keberlanjutan masyarakat dan lingkungan. Pertama, alih fungsi lahan pertanian
dapat menyebabkan turunnya produksi pertanian. Lahan yang semula digunakan untuk
pertanian kini dialihkan menjadi permukiman atau kegiatan ekonomi lainnya, sehingga
luas lahan yang tersedia untuk pertanian berkurang. Hal ini dapat mengurangi kemampuan
produksi pangan, terutama pada tanaman padi sawah yang merupakan sumber utama beras bagi masyarakat.
Contoh alih fungsi lahan sawah menjadi pabrik terjadi di kabupaten Cianjur. Hal ini
dapat mengurangi kemampuan produksi pangan, terutama pada tanaman padi sawah yang merupakan sumber utama beras bagi Masyarakat, yang dapat mempengaruhi stabilitas harga pangan. Hal ini juga dapat mengurangi pendapatan dan mata pencaharian petani.
Salah satu perilaku petani yang mencederai aspek pertanian yaitu petani konvensional berupa petani yang menggunakan pupuk dan pestisida kimiawi. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia dalam pertanian telah menjadi topik kontroversial dalam beberapa dekade terakhir. Sementara pestisida dan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian, mereka juga memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Pertama-tama, penggunaan pestisida kimia dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang luas. Banyak pestisida yang digunakan tidak hanya membunuh hama yang diincar, tetapi juga berbagai spesies lainnya, termasuk serangga yang bermanfaat, seperti lebah dan kupu-kupu. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan menyebabkan penurunan populasi spesies yang penting. Selain itu, residu pestisida dapat menumpuk di tanah, air, dan udara, sehingga memasuki rantai makanan dan berpotensi menyebabkan keracunan.
Pupuk kimia juga memiliki dampak negatif yang signifikan. Pupuk sintetis seringkali mengandung unsur-unsur seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang berlebihan. Ketika digunakan secara berlebihan, pupuk kimia ini dapat menyebabkan polusi tanah dan air. Nitrogen dan fosfor yang berlebihan dapat mengalir ke sungai dan laut, menyebabkan peningkatan kadar nutrisi yang dapat memicu pertumbuhan alga berlebihan (eutrofikasi). Hal ini dapat mengarah ke fenomena seperti “mata air” yang beracun dan berdebu, serta penurunan kualitas air.
Selain itu, penggunaan pestisida dan pupuk kimia juga dapat berdampak pada kesehatan manusia. Banyak orang yang bekerja di bidang pertanian terpapar residu pestisida dan pupuk kimia, yang dapat menyebabkan penyakit kronis seperti kanker, penyakit ginjal, dan gangguan sistem saraf. Bahkan, anak-anak yang tumbuh di daerah yang terpapar pestisida dan pupuk kimia juga berisiko mengalami gangguan kesehatan yang serius.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada pergeseran ke arah pertanian berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan. Banyak petani yang mulai menggunakan metode organik dan biologis untuk mengelola hama dan meningkatkan tanaman. Metode ini lebih fokus pada menggunakan spesies alami untuk mengendalikan hama dan meningkatkan tanah dengan menggunakan kompos dan pupuk organik. Selain itu, teknologi modern seperti genetika dan bioteknologi juga mulai dikembangkan untuk menciptakan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit tanpa perlu menggunakan pestisida kimia.
Dalam kesimpulan, penggunaan pestisida dan pupuk kimia dalam pertanian memiliki dampak yang kompleks dan serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pertanian berkelanjutan dan untuk mengembangkan strategi yang lebih ramah lingkungan dalam mengelola sumber daya alam. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa pertanian tidak hanya memberikan hasil yang optimal tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan masyarakat.
Nama: Defany Putri Effendi Harahap
NIM: D1B022171
Kelas: R004 (Agribisnis PA)
*Aktivitas pertanian yang mencederai aspek Keberlanjutan ekologi dan biosfer dapat dilihat dari,
1. Deforestasi untuk Perkebunan Kelapa Sawit: Pembukaan lahan hutan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia seringkali dilakukan dengan cara membakar hutan. Ini menyebabkan kerusakan habitat alami, penurunan keanekaragaman hayati, dan pencemaran udara. (Contoh kasusnya asap kebakaran hutan jambi 2019)
* Aktivitas pertanian yang mencederai aspek keberlanjutan masyarakat antara lain,
1. Penguasaan tanah secara besar-besaran oleh perusahaan perkebunan sering kali mengabaikan hak-hak petani lokal, menyebabkan penggusuran dan konflik sosial. (Contoh kasusnya adalah kasus penggusuran masyarakat adat di Papua)
2. Pertanian skala besar yang dikuasai oleh perusahaan besar seringkali menggusur petani kecil, mengurangi ketahanan pangan lokal, dan memperburuk kesenjangan sosial. (Contoh kasusnya Pembangunan Pabrik dan Perkebunan di Riau. Di Provinsi Riau, pengembangan pabrik dan perkebunan oleh perusahaan besar seringkali mengakibatkan penggusuran petani kecil dan perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke industri dan perkebunan)
* Aktivitas pertanian yang mencederai aspek Keberlanjutan produk sebagai pembangunan Ekonomi yaitu,
1. Pertanian yang terlalu fokus pada produksi dalam jumlah besar seringkali mengabaikan kualitas produk, kesejahteraan hewan, dan dampak lingkungan. (Contoh kasusnya Industri Peternakan Ayam Broiler: Di Indonesia, banyak peternakan ayam broiler besar yang fokus pada produksi massal untuk memenuhi permintaan pasar. Praktik ini sering melibatkan pemeliharaan ayam dalam kondisi padat dan intensif, dengan sedikit perhatian terhadap kesejahteraan hewan)
Contoh pembangunan atau aktivitas pertanian yang mencederai 3 aspek pembangunan pertanian berkelanjutan di Jambi:
• Penebangan hutan untuk perkebunan sawit monokultur
Jambi memiliki hutan hujan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati. Penebangan hutan secara besar-besaran untuk mengembangkan perkebunan sawit menyebabkan hilangnya habitat alami. Selain itu, pertanian monokultur rentan terhadap fluktuasi harga pasar, serangan hama dan penyakit, serta perubahan iklim. Ketergantungan pada satu jenis komoditas dapat menyebabkan kerentanan ekonomi bagi petani khususnya di provinsi Jambi
• Budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) yang tidak terkendali
Keramba Jaring Apung (KJA) yang terlalu padat dapat menyebabkan pencemaran air akibat limbah pakan dan kotoran ikan, serta penurunan kualitas air akibat kekurangan oksigen. Selain itu, air sungai yang sudah tercemar dengan limbah tambang emas juga membuat ikan yang dihasilkan kualitasnya tidak baik. Belum lagi air sungai tersebut akan digunakan dan dimanfaatkan oleh banyak orang.
• Eksploitasi tenaga kerja anak
Dalam beberapa kasus, terutama di perkebunan skala besar, masih ditemukan praktik eksploitasi tenaga kerja anak. Hal ini melanggar hak-hak anak dan menghambat pendidikan mereka. Ketika kita tidak menciptakan pentingnya pendidikan maka kita juga sudah gagal dalam mewujudkan SDM yang berkualitas.
Dampak pencemaran terhadap ketiga aspek:
• Keberlanjutan ekologi dan biosfer: Kerusakan ekosistem akan mengganggu siklus nutrisi, mengurangi penyerapan karbon, dan meningkatkan emisi gas rumah kaca. Hal ini dapat menyebabkan perubahan iklim, bencana alam, Pencemaran air dan udara, deforestasi, penurunan kualitas lingkungan hidup dan hilangnya keanekaragaman hayati
• Keberlanjutan masyarakat: Pencemaran lingkungan akan mengancam kesehatan petani dan masyarakat sekitar, mengurangi pendapatan petani, dan meningkatkan konflik sosial. Selain itu, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan migrasi petani
• Keberlanjutan ekonomi: Kerusakan lingkungan akan mengurangi produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan biaya produksi, dan menurunkan daya saing produk pertanian di pasar.
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer:
-Uraian: Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan.
-Contoh: Penggunaan pestisida kimia dalam jumlah besar di perkebunan.
-Dampak:
Kerusakan Ekosistem: Pestisida dapat membunuh serangga penyerbuk, seperti lebah, yang penting untuk reproduksi tanaman.
Pencemaran Tanah dan Air: Pestisida dapat mencemari tanah dan sumber air, mengganggu flora dan fauna lainnya serta berdampak pada kesehatan manusia.
2. Keberlanjutan Masyarakat:
-Uraian: Perampasan tanah dari komunitas lokal untuk pengembangan industri pertanian besar.
-Contoh: Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit di wilayah-wilayah yang sebelumnya dihuni oleh komunitas lokal.
-Dampak:
Konflik Sosial: Penggusuran dapat menyebabkan konflik antara perusahaan dan penduduk lokal.
Kemiskinan dan Pengangguran: Komunitas yang kehilangan tanah mungkin mengalami penurunan kualitas hidup, kehilangan sumber penghidupan, dan kesulitan ekonomi.
3. Keberlanjutan Produk sebagai Pembangunan Ekonomi:
-Uraian: Praktik pertanian monoculture.
-Contoh: Penanaman satu jenis tanaman secara terus-menerus, seperti jagung atau kedelai, tanpa rotasi tanaman.
-Dampak:
Penurunan Kesuburan Tanah: Monoculture dapat menyebabkan penurunan kandungan nutrisi dalam tanah karena tanaman yang sama terus-menerus menarik jenis nutrisi yang sama.
Peningkatan Penyakit Tanaman: Penanaman tanaman yang sama dalam jangka panjang dapat mempermudah penyebaran penyakit dan hama spesifik terhadap tanaman tersebut.
Penggunaan pupuk kimia berlebihan dalam pertanian jelas mencederai ketiga aspek keberlanjutan. Secara ekologis, pupuk kimia dapat mencemari tanah dan sumber air, mengakibatkan eutrofikasi yang merusak ekosistem perairan dan mengurangi kesuburan tanah akibat perubahan pH dan kerusakan struktur tanah. Dampak sosialnya meliputi risiko kesehatan serius bagi petani, seperti gangguan pernapasan dan penyakit kulit, serta penambahan beban pada sistem kesehatan lokal yang tidak diimbangi dengan perlindungan atau edukasi yang memadai. Dari segi ekonomi, ketergantungan pada pupuk kimia meningkatkan biaya produksi petani dan dapat menurunkan kualitas produk, yang berdampak pada harga jual dan keuntungan. Untuk mengatasi masalah ini, adopsi praktik pertanian berkelanjutan sangat penting. Ini melibatkan penggunaan pupuk organik dan metode pengelolaan tanah yang lebih ramah lingkungan, yang tidak hanya memperbaiki kualitas tanah dan mengurangi pencemaran, tetapi juga meningkatkan kesehatan petani dan mengurangi ketergantungan pada input eksternal yang mahal. Dengan demikian, implementasi teknik ini dapat mengarah pada pertanian yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan bagi semua pihak.
Rahmat Zidan
D1B022156
R-004 PA (Agribisnis)
Menurut saya pembangunan pertanian berkelanjutan perlu memenuhi 3 sisi dari pembangunan, yaitu keberlanjutan ekologi dan biosfer, keberlanjutan masyarakat dan keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi. Contohnya yaiti:
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Keberlanjutan ekologi dan biosfer berarti bahwa aktivitas pertanian tidak merusak lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Contoh yang mencederai aspek ini adalah:
– Penggunaan Pestisida Berlebihan*: Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan polusi air dan tanah, serta membunuh hewan yang tidak diinginkan. Contoh di Sulawesi Selatan adalah penggunaan pestisida pada tanaman padi yang dapat mencemari air sungai dan tanah, sehingga mengganggu ekosistem sungai dan tanah.
Dampak: Polusi lingkungan, kerusakan ekosistem, dan potensi penyebaran penyakit.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Keberlanjutan masyarakat berarti bahwa pembangunan pertanian tidak merugikan masyarakat lokal dan memastikan kesejahteraan mereka. Contoh yang mencederai aspek ini adalah:
– Penggusuran Tanah: Proyek pertanian besar yang menggusur masyarakat lokal dari tanah mereka dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan ekonomi. Contoh di Sulawesi Selatan adalah proyek agroindustri yang menggusur petani kecil dan perempuan dari tanah mereka, sehingga mereka kehilangan sumber penghidupan.
Dampak: Ketidakstabilan sosial, pengangguran, dan penurunan kesejahteraan masyarakat.
3. Keberlanjutan Produk sebagai Pembangunan Ekonomi
Keberlanjutan produk berarti bahwa hasil pertanian dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan berkontribusi pada ekonomi. Contoh yang mencederai aspek ini adalah:
– Produksi yang Tidak Berdaya Saing: Produksi pertanian yang tidak berdaya saing karena biaya produksi tinggi dapat menyebabkan penurunan pendapatan petani dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Contoh di Sulawesi Selatan adalah petani yang menggunakan metode tradisional dan tidak dapat bersaing dengan petani yang menggunakan teknologi modern, sehingga mereka kehilangan pasar.
Dampak: Penurunan pendapatan petani, penurunan kualitas hidup masyarakat, dan ketidakstabilan ekonomi.
Rahmat Zidan
D1B022156
R-004 PA (Agribisnis)
Menurut saya pembangunan pertanian berkelanjutan perlu memenuhi 3 sisi dari pembangunan, yaitu kemiskinan ekologi dan biosfer, keinginan masyarakat dan keinginan masyarakat terhadap produk sebagai pembangunan ekonomi. Contohnya yaitu:
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Keberlanjutan ekologi dan biosfer berarti bahwa aktivitas pertanian tidak merusak lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Contoh yang mencederai aspek ini adalah:
– Penggunaan Pestisida Lebihan: Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan polusi udara dan tanah, serta membunuh hewan yang tidak diinginkan. Contoh di Sulawesi Selatan adalah penggunaan pestisida pada tanaman padi yang dapat mencemari air sungai dan tanah, sehingga mengganggu ekosistem sungai dan tanah.
Dampak: Polusi lingkungan, kerusakan ekosistem, dan potensi penyebaran penyakit.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Keberlanjutan masyarakat berarti bahwa pembangunan pertanian tidak merugikan masyarakat lokal dan menjamin kesejahteraan mereka. Contoh yang mencederai aspek ini adalah:
– Penggusuran Tanah: Proyek pertanian besar yang menggusur masyarakat lokal dari tanah mereka dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan ekonomi. Contoh di Sulawesi Selatan adalah proyek agroindustri yang menggusur petani kecil dan perempuan dari tanah mereka, sehingga mereka kehilangan sumber penghidupan.
Dampak: Ketidakstabilan sosial, kemiskinan, dan penurunan kesejahteraan masyarakat.
3. Keberlanjutan Produk sebagai Pembangunan Ekonomi
Keberlanjutan produk berarti bahwa hasil pertanian dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan memberikan kontribusi pada perekonomian. Contoh yang mencederai aspek ini adalah:
– Produksi yang Tidak Berdaya Saing: Produksi pertanian yang tidak berdaya saing karena biaya produksi yang tinggi dapat menyebabkan penurunan pendapatan petani dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Contoh di Sulawesi Selatan adalah petani yang menggunakan metode tradisional dan tidak dapat bersaing dengan petani yang menggunakan teknologi modern, sehingga mereka kehilangan pasar.
Dampak: Penurunan pendapatan petani, penurunan kualitas hidup masyarakat, dan ketidakstabilan perekonomian.
Contoh pembangunan pertanuan yang mencederai 3 aspek pertanian berkelanjutan
1. Pembukaan Lahan Hutan untuk Pertanian Padi di Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya
Di Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya, praktik pembukaan lahan hutan untuk perluasan lahan pertanian padi telah menjadi isu serius.
Pembukaan lahan hutan ini berdampak langsung pada keberlanjutan masyarakat setempat. Hutan yang sebelumnya berfungsi sebagai sumber daya alam yang penting, menyediakan kayu bakar, air bersih, dan berbagai hasil hutan non-kayu, kini semakin berkurang. Selain itu, pembukaan hutan di daerah lereng bukit ini juga meningkatkan risiko longsor dan erosi tanah, terutama pada musim hujan. Erosi yang terjadi tidak hanya merusak lahan pertanian itu sendiri, tetapi juga dapat menghancurkan infrastruktur lokal seperti jalan, jembatan, dan bahkan rumah penduduk.
2. Pertanian Padi Sawah dengan Sistem Gilir Ganti Sawah di Desa Simpang Tiga Rawang
Desa Simpang Tiga Rawang, Kecamatan Hamparan Rawang, merupakan desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani padi sawah. Sistem gilir ganti sawah yang digunakan di desa ini dapat menyebabkan pergerakan sistem yang lambat dan mempengaruhi masa tunggu setiap orang untuk mendapatkan gilirannya. Hal ini dapat mengurangi produktivitas dan meningkatkan kemungkinan beralih mata pencaharian atau migrasi masyarakat. Selain itu, penggunaan lahan yang berulang-ulang dapat mengurangi kesuburan tanah dan mempengaruhi ekosistem sekitar. Dengan demikian, sistem gilir ganti sawah ini bertentangan dengan keberlanjutan masyarakat karena mengurangi produktivitas dan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, serta bertentangan dengan keberlanjutan ekologi dan biosfer karena mengurangi kesuburan tanah dan mempengaruhi ekosistem sekitar. Selain itu, produktivitas yang rendah dapat mengurangi pendapatan petani dan mempengaruhi kemampuan ekonomi masyarakat, sehingga bertentangan dengan keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi.
3. Pertanian yang Mengandalkan Hasil Panen Padi Dua Kali Setahun di Desa Larik Kemahan
Desa Larik Kemahan kecamatan hamparan rawang memiliki sebagian besar penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani padi sawah. Ketergantungan pada hasil panen padi sawah dua kali setahun dapat membuat masyarakat rentan terhadap perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya alam. Hal ini dapat mengurangi diversifikasi produk pertanian dan mempengaruhi kemampuan ekonomi masyarakat. Selain itu, ketergantungan pada satu jenis tanaman dapat mengurangi kesuburan tanah dan mempengaruhi ekosistem sekitar. Dengan demikian, ketergantungan pada hasil panen padi sawah dua kali setahun ini bertentangan dengan keberlanjutan masyarakat karena mengurangi diversifikasi mata pencaharian dan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, serta bertentangan dengan keberlanjutan ekologi dan biosfer karena mengurangi kesuburan tanah dan mempengaruhi ekosistem sekitar. Selain itu, ketergantungan pada satu jenis tanaman dapat mengurangi diversifikasi produk pertanian dan mempengaruhi kemampuan ekonomi masyarakat, sehingga bertentangan dengan keberlanjutan produk sebagai pembangunan ekonomi
Nama: Defany Putri Effendi Harahap
NIM: D1B022171
Kelas: R004 (Agribisnis PA)
*Aktivitas pertanian yang mencederai aspek Keberlanjutan ekologi dan biosfer dapat dilihat dari,
1. Deforestasi untuk Perkebunan Kelapa Sawit: Pembukaan lahan hutan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia seringkali dilakukan dengan cara membakar hutan. Ini menyebabkan kerusakan habitat alami, penurunan keanekaragaman hayati, dan pencemaran udara. (Contoh kasusnya asap kebakaran hutan jambi 2019)
* Aktivitas pertanian yang mencederai aspek keberlanjutan masyarakat antara lain,
1. Penguasaan tanah secara besar-besaran oleh perusahaan perkebunan sering kali mengabaikan hak-hak petani lokal, menyebabkan penggusuran dan konflik sosial. (Contoh kasusnya adalah kasus penggusuran masyarakat adat di Papua)
2. Pertanian skala besar yang dikuasai oleh perusahaan besar seringkali menggusur petani kecil, mengurangi ketahanan pangan lokal, dan memperburuk kesenjangan sosial. (Contoh kasusnya Pembangunan Pabrik dan Perkebunan di Riau. Di Provinsi Riau, pengembangan pabrik dan perkebunan oleh perusahaan besar seringkali mengakibatkan penggusuran petani kecil dan perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke industri dan perkebunan)
* Aktivitas pertanian yang mencederai aspek Keberlanjutan produk sebagai pembangunan Ekonomi yaitu,
1. Pertanian yang terlalu fokus pada produksi dalam jumlah besar seringkali mengabaikan kualitas produk, kesejahteraan hewan, dan dampak lingkungan. (Contoh kasusnya Industri Peternakan Ayam Broiler: Di Indonesia, banyak peternakan ayam broiler besar yang fokus pada produksi massal untuk memenuhi permintaan pasar. Praktik ini sering melibatkan pemeliharaan ayam dalam kondisi padat dan intensif, dengan sedikit perhatian terhadap kesejahteraan hewan)
Nama: Defany Putri Effendi Harahap
NIM: D1B022171
Kelas: R004 (Agribisnis PA)
*Aktivitas pertanian yang mencederai aspek Keberlanjutan ekologi dan biosfer dapat dilihat dari,
1. Deforestasi. Pembukaan lahan hutan untuk perkebunan di Indonesia seringkali dilakukan dengan cara membakar hutan. Ini menyebabkan kerusakan habitat alami, penurunan keanekaragaman hayati, dan pencemaran udara. (Contoh kasusnya asap kebakaran hutan jambi 2019)
* Aktivitas pertanian yang mencederai aspek keberlanjutan masyarakat antara lain,
1. Penguasaan tanah secara besar-besaran oleh perusahaan perkebunan sering kali mengabaikan hak-hak petani lokal, menyebabkan penggusuran dan konflik sosial. (Contoh kasusnya adalah kasus penggusuran masyarakat adat di Papua)
2. Pertanian skala besar yang dikuasai oleh perusahaan besar seringkali menggusur petani kecil, mengurangi ketahanan pangan lokal, dan memperburuk kesenjangan sosial. (Contoh kasusnya Pembangunan Pabrik dan Perkebunan di Riau. Di Provinsi Riau, pengembangan pabrik dan perkebunan oleh perusahaan besar seringkali mengakibatkan penggusuran petani kecil dan perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke industri dan perkebunan)
* Aktivitas pertanian yang mencederai aspek Keberlanjutan produk sebagai pembangunan Ekonomi yaitu,
1. Pertanian yang terlalu fokus pada produksi dalam jumlah besar seringkali mengabaikan kualitas produk, kesejahteraan hewan, dan dampak lingkungan. (Contoh kasusnya Industri Peternakan Ayam Broiler: Di Indonesia, banyak peternakan ayam broiler besar yang fokus pada produksi massal untuk memenuhi permintaan pasar. Praktik ini sering melibatkan pemeliharaan ayam dalam kondisi padat dan intensif, dengan sedikit perhatian terhadap kesejahteraan hewan)
Analisis Konflik perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Batanghari berdasarkan tiga aspek keberlanjutan
1. Keberlanjutan Ekologi dan Biosfer
Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Batanghari mencederai keberlanjutan ekologi dan biosfer seperti, pencemaran yang ditimbulkan karena penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan dalam perkebunan kelapa sawit menyebabkan pencemaran tanah dan air, mengancam kesehatan masyarakat dan ekosistem sungai, dan dapat juga mengalami kerusakan hutan karena perluasan perkebunan kelapa sawit yang seringkali dilakukan dengan cara mengkonversi hutan alam, termasuk habitat orangutan dan spesies langka lainnya, serta degradasi lahan yang ditimbulkan karena adanya praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, seperti penebangan hutan tanpa reboisasi, menyebabkan erosi tanah dan penurunan kualitas lahan.
2. Keberlanjutan Masyarakat
Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Batanghari mencederai keberlanjutan masyarakat seperti konflik lahan yang mengakibatkan sengketa lahan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat adat, khususnya suku Anak Dalam, seringkali berujung pada kekerasan dan penggusuran, serta ketimpangan ekonomi yang di alami oleh masyarakat lokal, terutama yang tinggal di sekitar perkebunan, seringkali tidak mendapatkan manfaat ekonomi yang signifikan dari keberadaan perkebunan, dan pelanggaran hak asasi manusia seperti pelanggaran hak-hak masyarakat adat, seperti hak atas tanah, hak atas lingkungan hidup, dan hak atas pekerjaan, seringkali terjadi dalam konteks pengembangan perkebunan kelapa sawit.
3. Keberlanjutan Ekonomi
dampak yang disebabkan ialah:
Ketergantungan Ekonomi: Ekonomi masyarakat setempat seringkali menjadi sangat bergantung pada sektor perkebunan kelapa sawit. Namun, ketergantungan ini juga membuat masyarakat rentan terhadap fluktuasi harga pasar.
Ketidakadilan dalam Pembagian Hasil: Pembagian keuntungan dari perkebunan kelapa sawit seringkali tidak adil, dengan sebagian besar keuntungan dinikmati oleh perusahaan besar.
Dampak Negatif terhadap Produktivitas Jangka Panjang: Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan produktivitas lahan dalam jangka panjang, sehingga mengancam kelangsungan usaha perkebunan.
Dampak dari konflik yang disebabkan oleh perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Batanghari yakni :
Kerusakan Lingkungan: Hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim mikro, dan bencana alam seperti banjir dan longsor.
Konflik Sosial: Ketegangan antar kelompok masyarakat, ketidakstabilan keamanan, dan munculnya gerakan perlawanan.
Kemiskinan: Masyarakat lokal kehilangan mata pencaharian dan akses terhadap sumber daya alam.
1. Contoh Pencederan Terhadap Aspek Lingkungan
Contoh: Penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan.
Dampak:
Lingkungan: Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air. Pestisida dapat meracuni organisme non-target, seperti serangga yang bermanfaat dan mikroba tanah. Pupuk kimia dapat menyebabkan eutrofikasi di badan air, yang mengarah pada pertumbuhan alga yang berlebihan dan penurunan kualitas air.
Ekonomi: Pencemaran lingkungan dapat mengakibatkan penurunan kualitas tanah, yang pada gilirannya dapat mengurangi hasil panen dan meningkatkan biaya produksi jangka panjang.
Sosial: Pencemaran air dan tanah dapat berdampak negatif pada kesehatan masyarakat, menyebabkan masalah kesehatan seperti keracunan dan gangguan pencernaan di komunitas yang bergantung pada sumber daya alam tersebut.
2. Contoh Pencederan Terhadap Aspek Sosial
Contoh: Pembangunan perkebunan besar dengan melibatkan konversi lahan pertanian tradisional menjadi perkebunan monokultur (seperti kelapa sawit).
Dampak:
Sosial: Pembangunan perkebunan besar sering kali mengakibatkan penggusuran komunitas lokal dan perubahan dalam cara hidup tradisional mereka. Penduduk lokal mungkin kehilangan akses ke tanah yang mereka kelola selama bertahun-tahun, yang berdampak pada mata pencaharian dan ketersediaan pangan mereka.
Lingkungan: Pembangunan perkebunan dapat mengakibatkan deforestasi, kehilangan keanekaragaman hayati, dan perubahan ekosistem yang berdampak pada keseimbangan lingkungan secara keseluruhan.
Ekonomi: Meskipun perkebunan besar dapat meningkatkan pendapatan untuk investor besar, masyarakat lokal sering kali mendapatkan sedikit manfaat dan mungkin mengalami ketimpangan ekonomi.
3. Contoh Pencederan Terhadap Aspek Ekonomi
Contoh: Praktik pertanian subsisten yang kurang efisien dan tidak menggunakan teknologi modern.
Dampak:
Ekonomi: Praktik pertanian subsisten yang tidak efisien dapat menyebabkan produktivitas yang rendah dan pendapatan petani yang terbatas. Hal ini bisa mengakibatkan ketergantungan pada bantuan luar dan kesulitan dalam meningkatkan kualitas hidup.
Lingkungan: Jika praktik pertanian subsisten mengandalkan metode yang merusak lingkungan seperti pembakaran hutan, hal ini dapat mengakibatkan pencemaran udara dan kerusakan tanah.
Sosial: Petani yang menghadapi kesulitan ekonomi mungkin mengalami stres dan penurunan kualitas hidup, serta kesulitan dalam mengakses pendidikan dan layanan kesehatan.
Pencederan terhadap salah satu atau ketiga aspek pembangunan pertanian tidak hanya berdampak pada aspek itu sendiri tetapi sering kali memiliki efek domino yang memengaruhi aspek lainnya. Oleh karena itu, pendekatan pembangunan pertanian yang berkelanjutan harus mempertimbangkan keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk memastikan manfaat jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat.