BEBERAPA METODA PENELITIAN DI BIDANG ILMU EKONOMI PERTANIAN

Diktat: IGUSTI B. TEKEN, 5 JANUARI 1965

Ditulis ulang oleh : REVICKA ANGGREANY DAN RENY PUTRI

Apabila di dalam merancangkan suatu penelitian di bidang ilmu ekonomi pertanian itu problema dan hipotesa-hipotesa sudah diformulasikan dengan jelas, langkah berikutnya adalah menentukan apakah data yang akan dipergunakan menguji hipotesa-hipotesa itu akan dikumpulkan dari sumber-sumber pustaka yang sudah ada, ataukah akan diusahakan data langsung dari individu-individu yang diselidiki. Data sudah ada dalam daftar pustaka-pustaka dinamakan data sekunder, sedang data yang dikumpulkan langsung dari individu-individu yang diselidiki dinamakan data primer atau data tangan manusia. Pengumpulan data tangan pertama dapat dilakukan dengan mengadakan kuliah-kerja (Kerja-Lapangan=Fieldwork) yang berupa “Case Study”, “Survey” atau pencacahan lengkap (Completo enumeration).

  1. Penggunaan Data Sekunder

Banyak sekali data statistik bisa di dapatkan dari dari sumber-sumber yang telah ada, yamg berupa tulisan-tulisan yang telah diterbitkan, seperti dokumen-dokumen negara, penerbitan agen-agen perdagangan, balai-balai penelitian, organisasi-organisasi, dan lain-lain. Apa bila seorang peneliti mempergunakan data yang telah ada, baik yang diterbitkan atau tidak, data seperti itu dinamakan dat sekunder. Data sekunder itu dapat bersifat resmi atau tidak resmi. Fungsi dari data statistik yang resmi yaitu untuk keperluan administrasi dan perundang-undangan negara, tapi juga ditujukan untuk melayani kepentingan umum yang lapangannya bersangkut paut dengan lapangan kerja dari kantor resmi tersebut. Data resmi itu dikumpulkan oleh kantor-kantor pemerintah, seperti Kantor Gubernur, Presiden, Kabupaten, Dinas Pertanian, Kehewanan, Kehutanan, Perindustrian, Perdagangan, dan Dinas-dinas lainnya, Biro Statistik, Bank-Bank Negara, dan lain-lain. Agen-agen atau kantor-kantor Swasta juga seringkali mengumpulkan data yang khusus diperlukan oleh mereka, yang juga dapat disalin atau dipergunakan oleh umum. Data yang dikumpulkan oleh sumber swasta atau sumber tidak resmi itu acapkali dilakukan untuk tujuan advertensi atau propaganda, hingga seorang peneliti yang ingin menggunakan data semacam itu haruslah bersikap hati-hati. Juga data sekunder itu biasanya bersifat sangat umum, sehinnga sulit untuk dipergunakan sebagai landasan bagi suatu proyek penelitian yang bersifat spesifik.

Jika dilihat dari sudut biaya, mempergunakan data sekunder untuk suatu penelitian itu dapat dikatakn relatif murah sekali. Tidak perlu dikeluarkan uang untuk para pencacah pergi ke daerah-daerah untuk mengumpulkan data. Tetapi sebaliknya terdapat suatu keburukan, yaitu sipeneliti tidak dengan leluasa menentukan atau memilih data yang diperlukan untuk menjawab problema yang diajukannya. Sipeneliti juga tidak leluasa dapat mempergunakan satuan-satuan ukuran dan kriteria-kriteria yang di inginkan. Data sekunder itu sudah ada dan tidak dapat di ubah.

Data sekunder itu dapat mempunyai sumber primer atau sumber sekunder. Apabila tanggung jawab terhadap pengumpulan data dan penerbitannya berada dalam satu tangan. Data sekunder itu dinamakan bersumber primer. Tetapi apa bila tanggung jawab terhadap pengumpula data itu berada dalam tangan yang berlainan dengan penerbitannya, sumber data itu dinamakansumber sekunder. Dalam hal ini dikatakan, bahwa data yang di gunakan adalah data sekunder dengan sumber sekunder.

Apabila sipeneliti menggunakan data sekunder, sipeneliti tersebut harus memperhatikan beberapa hal di bawah ini:

  1. Sumber data
  2. Cara mengumpulkan data, termasuk daftar pertanyaan dan teknik wawancara yang dipergunakan
  3. Tujuan pengumpulan data
  4. Satuan-satuan dan kriteria-kriteria yang dipakai dan
  5. Tingkat ketelitian dari data

Data sekunder bersumber primer adalah lebih baik dari pada yang bersumber sekunder. Apa bila keadaan memungkinkan, sipeneliti janganlah mempergunakan data sekunder bersumber sekunder. Alasan mengapa sumber primer lebih baik dari pada simber sekunder yang dipergunakan:

  1. Sumber primer biasanya memuat satuan-satuan ukuran, definisi-definisi dan kriteria-kriteria yang dipergunakan.
  2. Sumber primer biasanya melampirkan daftar pertanyaan dan memuat prosedur yang di pergunakan dalam pengumpulan data.
  3. Sumber primer biasanya memuat sesuatu data dengan lebih diperinci dan akhirnya,
  4. Sumber sekunder mungkin sekali mengandung kesalahan-kesalahan sewaktu mengutip data dari sumber primer.

2. Case Study

Data untuk suatu penelitian, selain dapat dikumpulkan dari berbagai sumber pustaka yang telah ada, dapat juga dikumpulkan dengan mngadakan Kuliah-Kerja (Fieldwork). Sipeneliti yang mungkin di bantu oleh pencacah-pencacah mengumpukan keterangan-keterangan yang di perlukan denganjalan berkunjung ke rumah atau ketempat orang-orang/badan-badan yang akan di minta keterangan. Dapat juga sipeneliti mengirimkan pertanyaan-pertanyaan kepada orang-orang/badan-badan tersebut dengan permintaan agar jawabannya di kirimkan kembali kepadanya dalam suatu waktu yang tertentu.

Jika dibandingkan dengan penggunaan data sekunder, kuliah kerja itu mempunyai beberapa kebaikan sebagai berikut:

  1. Sipeneliti dapat menentukan sendiri metode penelitian yang akan di pergunakan, daerah penelitian dan metode pengambilan contohnya
  2. Sipeneliti dapat menentukan macam data yang akan dikumpulkan, termasuk satuan-satuan ukuran, definisi-definisi, dan kriteria-kriteria dan
  3. Sipeneliti dapat menentukan metode analisa yang akan di pergunakan.

Sebaliknya, jika dibandingkan dengan penggunaan data sekunder, kuliah kerja itu pada umumnya memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang lebih banyak.

Salah satu bentuk dari kuliah-kerja itu iyalah “Case Study” yang dalam sejarah pertumbuhannya awalnya digunakan untuk menggambarkan dan menunjang sesuatu pendapat. Penelitian di Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian untuk memecahkan suatu permasalahan dimulai denga pengumpulan data dalam bentuk beberapa “Case” yang konkrit dan diperinci. “Case” itu dapat berbentuk suatu individu, suatu isntitut atau golongan yang dianggap sebagai satu satuan di dalam penelitian bersangkutan. Apapun yang menjadi satuan subjek yang diteliti, “Case Study” ini berusaha memberikan gambaran yang di perinci dengan tekanan pada situasi keseluruhan mengenai proses atau urutan-urutan suatu kejadian.

Keuntungan dari suatu “Case Study” yaitu bahwa sipeneliti akan mendapatkan gambaran yang luas dan lengkapdari subjek yang diteliti. Karena adanya anggapan bahwa sifat-sifat sesuatu individu merupakan juga gambaran dari individu lainnya, maka hasil dari suatu “Case Study” dengan metoda analogi seringkali dijadikan suatu hipotesa bagi suatu penelitian yang meliputi daerah dan jumlah populasi yang lebih luas. Dalam penelitian yang lebih luas ini hipotesa yang di dapatkan itu diuji secara empiris. Sifat dari “case study” ini menyebabkan cocok di pergunakan dalam suatu penelitian eksplorasi.

Di dalam “case study” metode pengambilan contohnya tidak mendapat perhatian yang sewajarnya. Jumlah contoh yang di ambil dan tehnik pengambilannya adalah subjektif, yaitu menurut kehendak seorang yang meneliti, sesuai dengan subjek yang diinginkan. Hal ini membawa akibat bahwa pengambilan kesimpulan yang bersifat generalisasi terhadap suatu daerah penelitian tidak dapat di lakukan.

Di dalam melakukan “case study” langkah-langkah di bawah ini dapat dijadikan acuan sebagai tambahan dari langkah-langkah umum penelitian yang telah di terangkan dalam tulisan yang lalu.

  1. Tentukan tujuan penelitian. Tujuan suatu “case study” pada umumnya adalah satu di antara tiga tujuan di bawah ini:
  2. Untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang di perinci mengenai suatu operasi, metode atau cara-kerja (practice), misalnya mendapatkan keterangan-keterangan di perinci dari KOGM, bagaimana susunan organisasinya, personalia, cara-kerja, kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, cara-cara mengatasi kesulitan, dan sebagainya.
  3. Untuk mendapatkan data yang tepat dari suatu satuan subjek, misalnya dari suatu usaha tani, hingga di peroleh dasar-dasar untuk merencanakan perubahan-perubahan dan
  4. Untuk mendapatkan data perbandingan dari beberapa satuan subjek, misalnya mendapatkan data perbandingan dari tiga usaha tani padi dengan pergiliran tanaman yang berbeda-beda
  5. Tentukan satuan “case study” yang akan dipakai. Satuan “case” itu dapat berupa individu-individu, misalnya orang-orang, petani-petani, usaha tani secara individu, dan lain-lain. Dapat juga berupa golongan-golongan seperti golongan penduduk, koperasi, perusahaan, dan lain-lain.
  6. Tentukan pemilihan “case” yang akan dipakai. Pemilihan “case” itu dapat berupa “case” jenis, misalnya bermacam-macam jenis usaha tani ternak perah. Dapat juga berupa “case” normal, yang kira-kira menggambarkan keadaan rata-rata, misalnya usaha tani rata-rata di suatu daerah. Akhirnya pemilihan “case” itu juga dapat berupa “case” tidak normal, misalnya usaha tani yang sangat maju atau yang sangat terbelakang.
  7. Tentukan jumlah “case” yang akan diteliti. Di dalam “case study”, “case” yang di selidiki dapat berjumlah hanya sebuah, beberapa buah atau banyak.

Apabila seorang peneliti mengadakan “case study” tugas pertama yang dihadapi yaitu mendapatkan segala sesuatu keterangan yang dapat di peroleh. Tugasnya yang kedua yaitu membuat perbandingan yang tepat antara “case” yang satu dengan “case” yang lainnya. Haruslah diingat, bahwa “case” satu persatu itu baru akan mempunyai arti yang banyak, apabila bisa di klarifikasikan sedemikian rupa, hingga menggambarkan tipe-tipe serta pola-pola sesuatu sifat.

  1. “Survey”

Arti dari perkataan “survey” adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan baik terhadap sesuatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu, misalnya seorang peneliti ingin mendapatkan keterangan mengenai pendapatan usaha tani padi di Kabupaten Bogor, lalu seorang peneliti tersebut mengadakan “survey” terhadap usaha tani padi di daerah tersebut. Tujuan dari “survey” yaitu mendapatkan gambaran yang mewakili daerah itu dengan benar. Di dalam suatu “survey” tidaklah semua individu dalm populasi, namun hasil yang diharapkan haruslah dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Karena metode pengambilan contoh (sampling method) di dalam suatu “survey” memegang peranan yang sangat penting. Metode pengambilan contoh yang tidak benar akan merusak hasil “survey” tersebut.

Diskusi-diskusi mengenai metode “survey” tersebut seringkali menjadi hangat. Beberapa ahli di Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian berpendapat, bahwa data yang dikumpulkan dalam suatu “survey” itu tidak mempunyai arti yang penting di tinjau dari sudut ilmu pengetahuan. Misalnya survey di bidang pemasaran, di bidang pendapat umum (public opinion, poling), di bidang pengujian sikap (survey in attitude testing), dan sebagainya, mengumpulkan data bukan untuk menguji hipotesa-hipotesa serta mendapatkan hubungan-hubungan antara berbagai variabel, melainkan ditunjukkan untuk menjawab persoalan-persoalan sosial yang mendesak, yang bersifat luas tapi dangkal. “survey” yang di jalankan pada akhir abad ke-19 dan awal abad 20, memang menunjukkan kebenaran pernyataan diatas. “survey” itu khusus ditunjukkan kearah pengumpulan fakta-fakta belaka. Pionir-pionir “survey” tersebut menunjukkan pandangannya ke arah problem-problema sosial yang mendesak dan berusaha mempengaruhi politik pemerintah yang sedang di jalankan. Mereka mengumpulkan fakta-fakta mengenai keadaan perumahan penduduk, keadaan kesehatan, lapangan pekerjaan, kecelakaan dan pengeluaran, dan sebagainya, yang mencakup bidang-bidang yang luas. Waktu itu tidak ada “survey” yang dijalankan untuk menguji hipotesa-hipotesa yang diajukan atau untuk menghubungan hasil “survey” itu dengan teori-teori yang telah ada.  Hal ini tidaklah mengherankan, karena orang yang mempergunakan metode “survey” pada saat itu tidaklah langsung berkepentingan dengan pengujian hipotesa atau teori. Para pengusaha misalnya mempunyai perhatian mengenai sikap para pembeli terhadap barang yang di hasilkannya. Perhatian mereka ditunjukkan kepada berhasil atau tidaknya barang-barang yang mereka jual kepasar dan sama sekali bukan kepada pengujian hipotesa yang berhubungan dengan teori.

Namun kaum pionir dari metode “survey” telah memberikan sumbangan-sumbangan yang besar dan berharga terhadap penelitian saat ini dengan menekankan kepentingannya pergi kelapangan untuk mengumpulkan data secara sistematis dari pada spekulasi dari belakang. Ahli dari bidang tata niaga telah memberikan sumbangan yangbanyak terhadap penyempurnaan metode “survey”. Mereka telah mengusahakan teknik wawancara yang lebih sistematis dan lebih di standarisasi. Penelitian di bidang pendapat umum (public opinion pollsters) juga telah berjasa besar. Dalam tugasnya mereka ingin mengetahui pendapat umum tentang sesuatu persoalan, misalnya tentang kebijaksanaan pemerintah, berapa orang yang pro dan berapa yang kontra. Karena mereka ingin mengadakan generalisasi untuk semua penduduk, mereka berusaha mendapatkan suatu contoh (sample) yang representatif, sebagai hasilnya mereka telah memberikan sumbangan yang berharga terhadap metode pengambilan contoh (sampling method).

Dengan perbaikan yang terus menerus pada tehnik pengambilan contoh, pembuatan daftar pertanyaan, teknik wawancara, pengujian nilai kebenaran dan kecermatan pengambila data, dan lain-lain. Metode “survey” saat ini telah menempati tempat yang amat penting dalam penelitian di Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian untuk mendapatkan dan menguji hubungan antara berbagai variabel. “survey” itu merupakan suatu metode untuk secara kwantitatif menentukan hubungan antara variabel serta membuat generalisasi untuk suatu populasi yang dipelajari. Seorang peneliti mengerjakan hal itu karena prosedur pengumpulan data yang di pergunakannya telah di buat uniform dan telah di standarisasi. Individu yang di pilih dalam contoh (sample) di hadapkan dalam sejumlah pertanyaan yang telah di tetapkan. Lalu jawaban dari pertanyaan itu di klarifikasikan secara sistematis, hingga dapat di buat perbandingan kwantitatif.

Sebaliknya teknik yang telah distandarisasi itu menimbulkan kelemahan-kelemahan. Metoda itu menghadapkan individu-individu yang diteliti pada pernyataan-pernyataan yang di normalisasikan dan jawaban-jawaban yang diperoleh diklarifikasikan ke dalam beberapa tipe yang sederhana, tanpa memandang perbedaan kwalitas dari jawaban-jawaban tersebut. Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kwalitas dari jawaban seseorang, yang tak dapat di cakup oleh prosedur dalam “survey” yang dijalankan. Seseorang yang sedang bergembira akan memberikan reaksi yang berbeda dengan rekannya ynag sedang bersedih, walaupun pertanyaan yang mereka sama susunan dan cara mengajukannya. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kwalitas jawaban dapat dipisahkan dalam lima golongan sbb:

  1. Tafsiran si penjawab terhadap pertanyaan yang diajukan. Untuk perkataan yang sama, orang-orang yang dimintai keterangan mungkin mempunyai tafsiran yang berbeda-beda. Hal ini sedikit banyaknya dapat diatasi dengan menetapkan kriteria-kriteria dan definisi-definisi yang jelas untuk istilah-istilah yang dipergunakan.
  2. Kesudian si penjawab untuk membantu penelitian yang di kerjakan. Jika si penjawab secara jujur mau membantu penelitian, ia akan berusaha memberikan keterangan-keterangan yang sebaik mungkin, dalam arti keterangan-keterangan itu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sebaliknya kalau ia merasa curiga terhadap penelitian itu, ia akan berusaha memberikan jawaban yang menyimpang, yang menurut perasaannya tidak akan merugikan dirinya.
  3. Keadaan si penjawab tatkala wawancara di adakan. Di waktu di adakan wawancara, si penjawab dapat berada dalam keadaan senang, gembira, sedih, jengkel, marah, dll. Tiap-tiap keadaan itu berbeda-beda pengaruhnya terhadap satu pertanyaan yang akan diajukan kepadanya. Jika ia dalam keadaan senang, ia akan berfikir sebaik-baiknya akan mempunyai nilai kebenaran yang dapat dipercaya, jika ia berada dalam keadaan jengkel atau marah, jawabannya yang di berikan adalah asal diucapkan saja.
  4. Perhatian si penjawab terhadap persoalan yang dikemukakan. Seseorang yang gemar akan seni misalnya akan menaruh perhatian yang besar apabila ada orang yang mengemukakan soal seni kepadanya. Jika ia mempunyai perhatian yang besar terhadap sesuatu persoalan, jawaban-jawaban yang akan diberikannya mengenai soal yang diperhatikannya itu umumnya akan lebih sempruna. Besar kecilnya perhatian si penjawab terhadap persoalan yang dikemukakan, mungkin juga dipengaruhi oleh persaannya, apakah ia mempunyai kepentingan pada soal itu atau tidak.
  5. Ingatan yang di tafsirkan si penjawab. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan harus dijawab berdasarkan ingatan dan taksiran saja. Petani-petani di Indonesia misalnya praktis tidak pernah membuat catatan-catatan mengenai usahataninya. Kalau kepadanya ditanyakan penghasilannya dalam setahun, ia akan berusaha memberikan jawabannya berdasarkan ingatan dan taksiran saja.

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk sedapat mungkin memperkecil pengaruh buruk dari kelima faktor diatas akan diuraikan lebih lanjut dalam pembicaraan mengenai penyusunan daftar pertanyaan dan tehnik wawancara.

Sebagai telah diuraikan diatas, “survey” adalah alat peneliti yang bertujuan mencapai regeneralisasi dengan jalan membuat perbandingan kwantitatif dari kata yang dikumpulkan dengan prosedur tanya jawab yang uniform. Karena tekanannya diberikan pada perbandingan kwantitatif, maka metoda ini tidak dapat di pergunakan untuk menjawab persoalan-persoalan dimana perbandingan kwantitatif itu tidak terdapat misalnya dalam mempelajari suatu kejadian proses-proses dan struktur yang berjalan terus dari suatu lembaga seperti suatu perserikatan sosial, dll. Pengamantan yang terus menerus dari sepak terjang anggota-anggota perserikatan itu akan jauh lebih produktif dalam penelitian semacam itu.

Jika seseorang mengadakan suatu “survey”, ia dapat mengikuti langkah-langkah yang telah di bentangkan dalam tulisan tentang tingkat-tingkat prosedur dalam penelitian ilmu ekonomi pertanian.

  1. Pencacahan Lengkap

Pada “case study”, penelitian ditunjukkan hanya pada satu atau beberapa satuan dari suatu populasi. Sebagai satuan dapat di ambil individu atau golongan, sesuai dengan tujuan penelitian yang di lakukan. Bagian yang di teliti itu di tetapkan dengan suatu metoda pengambilan contoh tertentu. Dan pada penacacahan lengkap penelitian itu ditunjukkan pada semua satuan populasi. Dapatlah di bayangkan, bahwa pencacahan lengkap itu mahal dan memakankan dalam sensus, dimana diperlukan keterangan yang sangat diperinci dan tepat, yang nantinya akan dapat dipergunakan sebagai dasar pengambilan kebijaksanaan. Sensus Penduduk Republik Indonesia 1961 adalah suatu misal dari pencacahan lengkap.

Dewasa ini banyak sensus di dunia tidak lagi dilakukan dengan pencacahan lengkap, karena dengan tehnik pengambilan contoh yang tepat, akan bisa didapatkan hasil yang kurang lebih sama dengan pengorbanan yang jauh lebih kecil. Sensus Pertanian Republik Indonesia 1963 juga bukan mempergunakan pencacahan lengkap, melainkan dengan hanya mengambil sebagian saja dari populasi. Sensus yang semacam itu di sebut “sample census”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *