Teori Gustav Ranis dan John C. H. Fei: A Theory of Economic Development-Pembangunan Pertanian
Disarikan dari: The American Economic Review (51) 04: 533-565
Stable URL: http://www.jstor.org/stable/1812785
John Fei dan Gustav Ranis dalam “A Theory of Economic Development” menelaah proses peralihan yang akan dilewati suatu negara terbelakang untuk beranjak dari keadaan stagnasi ke arah pertumbuhan yang lebih maju.
Teori Ranis-Fei menyatakan bahwa” Suatu negara yang kelebihan buruh (tenaga kerja) dan perekonomian yang miskin sumberdaya, sebagian besar penduduk bergerak disektor pertanian di tengah pengangguran yang hebat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.” Dalam kondisi tersebut, sektor ekonomi pertanian berhenti. Di sana terdapat sektor industri yang aktif dan dinamis. Pembangunan terdiri dari pengalokasian kembali surplus tenaga kerja pertanian yang sumbangannya terhadap output nol (zero marginal productivity of labor), ke industri dimana mereka menjadi produktif dengan upah yang sama.
Asumsi yang digunakan: (1). Ekonomi dua-sektor yang terbagi dalam sektor pertanian tradisional yang tidak berjalan dan sektor industri yang aktif. (2). Output sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan tenaga kerja. (3). Di sektor pertanian tidak ada akumulasi modal, kecuali reklamasi. (4). Penawaran tanah bersifat tetap. (5). Kegiatan pertanian ditandai dengan hasil (return to scale) yang tetap dengan buruh sebagai faktor variable. (6). Produktivitas marginal buruh nol. (7). Output sektor industri merupakan fungsi dari modal dan tenaga kerja. (8). Pertumbuhan penduduk sebagai fenomena eksogen. (9). Upah riel di sektor pertanian dianggap tetap dan sama dengan tingkat pendapatan riel sektor pertanian. (10). Pekerja di masing-masing sektor hanya mengkonsumsikan produk-produk pertanian.
Berdasar asumsi tersebut, telaah pembangunan ekonomi dengan surplus tenaga kerja dibagi menjadi 3 tahap:
(1). Para penganggur terselubung, dialihkan dari pertanian ke industri dengan upah institusional yang sama. (2). Pekerja di bidang pertanian menambah output pertanian tetapi memproduksi lebih kecil daripada upah institusional yang mereka peroleh. (3). Buruh pertanian menghasilkan lebih besar daripada perolehan upah institusional.
Apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian masih berlebih—yang diartiikan oleh Ranis-Fei sebagai suatu keadaan dimana produk marjinal penganggur terselubung adalah nol – tingkat upah disektor industri besarnya tidak berubah. Jika kelebihan tenaga kerja sudah tidak terdapat lagi diserap oleh sektor industri, maka penyerapan tenaga kerja baru oleh sektor industri hanya dapat diperoleh dengan menaikkan tingkat upah pekerja disektor tersebut.
Seperti teori Lewis, dalam teori Ranis-Fei tingkat upah disektor pertanian lebih tinggi dari nol, walaupun sudah terdapat kelebihan tenaga kerja. Hal ini menyebabkan sebagaian tenaga kerja tidak akan menciptakan produksi tambahan. Produk marjinal pekerja-pekerja ini adalah nol. Besarnya tingkat upah yang melebihi besarnya produk marjinal ini bertentangan dengan teori ahli-ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat upah. Dalam teori Ranis-Fei, walaupun jumlah tenaga kerja berlebih sehingga sebagaian produk marjinal pekerja adalah nol, tingkat upah disektor pertanian mempunyai nilai yang positif. Tingkat upah ini dinamakan tingkat upah institutional.
Model Fei-Ranis membagi tahap perubahan transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri menjadi tiga tahap berdasarkan pada produktivitas marjinal tenaga kerja dengan tingkat upah dianggap konstan dan ditetapkan secara eksogenus.
Tahap pertama, tenaga kerja diasumsikan melimpah sehingga produk-tivitas marjinal tenaga kerja mendekati nol. Dalam hal ini surplus tenaga kerja yang ditransfer dari sektor pertanian ke sektor industri memiliki kurva penawaran elastis sempurna. Pada tahap ini walaupun terjadi transfer tenaga kerja, namun total produksi di sektor pertanian tidak menurun, produktivitas tenaga kerja meningkat dan sektor industri tumbuh karena tambahan tenaga kerja dari sektor pertanian. Dengan demikian transfer tenaga kerja menguntungkan kedua sektor ekonomi.
Tahap kedua adalah kondisi dimana produk marginal tenaga kerja sudah positip namun besarnya masih lebih kecil dari tingkat upah. Artinya setiap pengurangan satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian akan menurunkan total produksi. Pada tahap ini transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri memiliki biaya imbangan positip, sehingga kurva penawaran tenaga kerja memiliki elastisitas positip. Transfer tenaga kerja terus terjadi yang mengakibat-kan penurunan produksi, namun penurunan tersebut masih lebih rendah dari besarnya tingkat upah yang tidak jadi dibayarkan. Di sisi lain karena surplus produksi yang ditawarkan ke sektor industri menurun sementara permintaan meningkat, yang diakibatkan oleh adanya penambahan tenaga kerja, maka harga relatif komoditas pertanian akan meningkat.
Tahap ketiga adalah tahap komersialisasi di kedua sektor ekonomi. Pada tahap ini produk marginal tenaga kerja sudah lebih tinggi dari tingkat upah. Pengusaha yang bergerak di sektor pertanian mulai mempertahankan tenaga kerjanya. Transfer tenaga kerja masih akan terjadi jika inovasi teknologi di sektor pertanian dapat meningkatkan produk marginal tenaga kerja. Sementara itu, karena adanya asumsi pembentukan modal di sektor industri direinvestasi, maka permintaan tenaga kerja di sektor ini juga akan terus meningkat.Pada tahap pertama dan tahap kedua para pekerja disektor pertanian menerima upah sebesar upah institutional, akan tetapi pada tahap ketiga tidak lagi demikian. Tingkat upah yang baru adalah sama dengan tambahan produksi yang diciptakan oleh seorang pekerja tambahan yang terakhir disektor pertanian, berarti sama dengan produk marjinal tenaga kerja disektor itu.
Apabila sebagian tenga kerja disektor pertanian digunakan oleh sektor industri, maka dengan sendirinya tenaga kerja disektor pertanian akan berkurang. Akan tetapi pada permulaannya, hal demikian tidak akan mengurangi produksi sektor pertanian. Oleh sebab itu, apabila pembanguan ekonomi terjadi, akan terdapat kelebihan produksi pertanian jika dibandingkan dengan konsumsi atas hasil pertanian yang dilakukan oleh penduduk disektor pertanian. Namun pada akhirnya produksi sektor pertanian akan mulai berkurang, penurunan ini disebabkan karena produk marjinal telah melebihi besarnya upah institutional. Oleh karena itu upah pekerja disektor pertanian telah mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada upah institutional. Ini berarti lebih banyak lagi proporsi dari hasil pertanian yang akan digunakan dalam sektor pertanian itu sendiri dan mengurangi kelebihan disektor industri. Sebagai akibatnya apabila seorang pekerja dari sektor pertanian pindah kesektor industri maka produksi petanian akan menjadi lebih kecil.
Setelah menunjukan keadaan yang terjadi disektor pertanian Ranis-Fei kembali menjelaskan tentang perubahan yang berlaku disektor industri. Sebagai akibat dari menurunnya produksi sektor pertanian surplus hasil pertanian yang dapat digunakan oleh sektor industri, jumlah pertambahannya akan menurun dibandingkan sebelumnnya. Keadaan ini menunjukan bahwa sektor industri tidak lagi dengan mudah memperoleh bahan makanan dan berarti harga hasil sektor pertanian relative lebih mahal dibandingkan harga hasil sektor industri. Bila proses pembangunan ini telah tercapai sektor industri akan memperoleh tenaga kerja tambahan hanya bila mereka dibayar lebih tinggi dari sebelumnya