Memahami Kemiskinan di Pedesaan-1
Sumber: FAO.ORG
Tulisan ini membahas konsep kunci dan definisi yang berkaitan dengan kemiskinan di wilayah pedesaan, dan memberikan gambaran umum kondisi penyebab dan faktor-faktor pendorongnya, dari berbagai sudut pandang ilmu. Tulisan ini juga menguraikan isu prinsip yang berhubungan dengan kemiskinan, termasuk metode pengukuran, tema lintas sektoral dan kesamaan gender.
Komponen Strategi Pengurangan Kemiskinan: (1) Investasi dalam infrastruktur dan sumberdaya manusia, (2). Perluasan sistem proteksi sosial, dan (3) Pendekatan teritori dalam pembangunan pedesaan.
Tulisan ini diorganisasikan dalam lima bagian: (1). Apa itu kemiskinan di wilayah pedesaan; (2) Indikator dan pengukuran kemiskinan di wilayah pedesaan; (3) Faktor pendorong kemiskinan pedesaan; (4) Kegiatan lintas sektorar dalam kemiskinan pedesaan; dan (5) Kesamaan gender dan kemiskinan pedesaan.
Apa itu Kemiskinan Pedesaan?
Pertama, perlu disoroti terlebih dahulu kepentingan memerangi kemiskinan ekstrim dalam konteks pedesaan dan dimana mereka tersebar. Kedua, mendeskripsikan keterkaitan antara konteks perkotaan dan pedesaan. Ketiga, mengidentifikasi komponen kunci, strategi pengurangan kemiskinan lintas sektoral, yang difokuskan kepada kemiskinan ekstrim di pedesaan.
Tujuan: (1) menjelaskan pentingnya upaya mengatasi kemiskinan pedesaan dalam konteks SDG-1, (2) mendefinisikan konsep dasar tentang kemiskinan pedesaan, (3) mengidentifikasi karakteristik masyarakat yang tergolong miskin ekstrik, (4) mendeskripsikan jaringan inti dan elemen dari keberhasilan strategi pengurangan kemiskinan.
Mengapa Memerangi Kemiskinan Pedesaan Penting?
Meskipun peningkatan urbanisasi, kebanyakan penduduk miskin ektrim masih terus hidup di wilayah pedesaan. Oleh karena itu pencapaian SDG tentang dunia yang bebas dari kemiskinan, sangat tergantung dari pembangunan wilayah pedesaan. Untuk memerangi kemiskinan dan mengurangi kemiskinan ekstrim, perlu memahami beberapa tantangan spesifik dalam konteks wilayah pedesaan.
Semua negara telah membangun komitmen untuk mewujudkan SDG dengan targer tujuan 1 ada mengurangi kemiskinan ekstrim pada tahun 2023. Ini maksudnya lebih dari 736 juta penduduk (sekitar 10 persen dari penduduk dunia) memerlukan peningkatan penghidupan agar keluar dari kemiskinan. Mayoritas penduduk miskin eksttim hidup di wilayah pedesaan, kebanyakan dari mereka tergantung kepada aktivitas sektor pertanian, memiliki produktivitas yang rendah serta kurang memiliki akses terhadap berbagai jasa dan bantuan, karena berbagai alasan dan tangtangan yang mereka miliki.
Kemiskinan Ekstrim: Issu di Wilayah Pedesaan.
Sekitar 80 persen penduduk miskin ektrim hidup di wilayah pedesan. 76 persen penduduk miskin ektrim di wilayah pedesaan, terlibat dalam kegiatan di sektor pertanian. Sementara itu untuk miskin moderat, 61 persen hidup di sektor pertanian.
Definisi Wilayah Pedesaan
Wilayah pedesaan bervariasi sangat besar di seluruh dunia, terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi dan karakteristik alam, juga keterkaitan mereka dengan wilayah perkotan, serta tingkat kerentanan mereka.
Secara tradisional, definisi dari sektor pertanian hampir sama dengan populasi penduduk pedesaan dan penghidupannya. Bagaimanpun juga ada varasi aktivitas ekonomi dan penghidupan mereka yang dapat mencirikan ruang wilayah pedesaan.
Apa definisi pedesaan? Tidak ada definisi universal tentang wilayah pedesaan. Definisi umum yang digunakan oleh OECD, mengklasifikasikan wilayah pedesaan berdasarkan kepadatan populasi. Bahwa kepadatan populasi di wilayah pedsesaan relatif rendah dan aktivitas dominan adalah disektor pertanian, dan tergantung kepada sumberdaya alam.
Kepadatan penduduk atau aktivitas ekonomi dapat bervariasi baik secara lokal, nasional maupun regional. Sebagai contoh, produksi kapas dapat diukur dalam skala nasional. Akan tetapi dalam skala regional dan lokal dapat berbeda. Produsen kapas skala kecil di pedesaan dapat mengkombinasikan produksi kapas dengan komoditi lain.
Pertimbangan lain definisi wilayah pedesaan menurut OECD adalah:
Aktivitas ekonomi. Wilayah pedesaan dapat didefinisikan berdasarkan bentuk aktivitas ekonomi yang dilakoni oleh masyarakat., khususnya terkait dengan sumberdaya alam. Penangkapan ikan, pertanian dan mengumpulkan hasil hutan, merupakan contoh klasih dari aktivitas perekonomian di pedesaan. Gambaran seperti karakteristik tenaga kerja (tenaga kerja keluarga, tenaga kerja musiman), bentangan penggunaan lahan, sumber pendapatan dan bentuk aset juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan kategoro dan tingkat aktivitas ekonomi di wilayah pedesaan.
Karakteristik sosio ekonomi. Tipe dan tingkat infrastruktur, sumberdaya manusia dan produktivitas tenaga kerja dapat digunakan untuk membedakan wilayah pedsan dan wilayah perkotaan. Banyak karakteristik sosio ekonomi tersebut, lazimnya relatif sanagt terbatas atau kecil di wilayah pedesaan terutama di negara sedang berkembang.
Dimensi ruang dari organisasi sosial. Dimensi ini termasuk, kepadatan populasi di wilayah pedesaan serta secara relatif terkait dengan kondisi pelayanan publik dan infrastruktur. Beberaopa proxy seperti jarak ke sekolah dan fasilitas kesehatan, jumlah rumah / tempat tinggal pada wilayah tertentu dapat digunakan untuk menentukan perbedaan karakteristik ruang di wilayah pedesaan.
Gambaran umum tentang sumberdaya alam. Aspek tutupan lahan, topografi dapat juga digunakan sebagai indikator untuk mendefinisikan wilayah pedesaan. Keberadaan kawasan hutan, lapangan rumput dan rawa, dapat menjadi indikator untuk membedakan wilayah pedesaan dengan perkotaan.
Keterkaitan Pedesaan dan Perkotaan
Rumah tangga di pedesaan, sebagian besar aktivitas penghidupannya terkait sumberdaya alam, akan tetapi tantangan baru muncul ketika aktivitas ini bervariasi dan terkait dengan wilayah perkotaan. Pada tingkat rumah tangga, individu-individu dapat memiliki keterampilan dan peluang yang berbeda, seperti akses terhadap sumberdaya modal, sumberdaya alam dan peluang kerja. Sementara beberapa anggota keluarga memperoleh pendapatan dari pekerjaan di wilayah perkotaan, sementara yang lainnya bekerja di subsistem on-farm maupun nelayan.
Urbanisasi telah berlangsung pada setiap negara dengan kecepatan dan bentuk yang bervariasi. Proses urbanisasi ini menimbulkan tantangan dan peluang baru dalam produksi pangan, penciptaan lapangan kerja dan kondisi lingkungan. Aktivitas non-food produksi juga muncul di wilayah pedesaan seperti turis, rantai pasok bahan bakar dan produk-produk industri, yang juga merupakan tantangan dan peluang baru bagi wilayah pedesaan.
Pedesaan versus Perkotaan
Wilayah pedesaan secara umum memiliki akses yang terbatas terhadap infrastruktur dan akses terhadap layanan publik, dibanting wilayah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh keterpencilan, variasi topografi dan iklim yang berhubungan dengan hambatan fisik. Pengabaian terhadap wilayah pedesaan sebagian besar disebabkan keterbatasan investasi baik investasi publik maupun investasi dari swasta. Sebagai contoh: kurangnya investasi terhadapo sektor pertanian di sub sahara afrika dapat menjadi penjelas yang baik, tentang gagalnya upaya mengurangi kemiskinan. Penelitian yang dilakukan oleh CAADP tahun 2010 menyarankan agar pemerintah mesti menginvestasikan minimal 10 persen di bidang pertanian. Penelitian ini juga membuktikan dari 2003 – 2008 investasi terhadap sektor pertanian telah turun dari 3,5 persen menjadi 3 persen.
Siapa Masyarakat Miskin Ektrim
Banyak penduduk miskin di pedesaan adalah keluarga petani, dengan skala produksi yang kecil ataupun bekerja di bidang pertanian, termasuk nelayan, pengembala dan tergantung dengan sumberdaya hutan yang memiliki akses terbatas terhadap sumberdaya produktif. Diperkirakan sepertiga dari penduduk pedesaan tersebut terdiri dari penduduk asli / indigenous dan pengembara. Kebayakan dari penduduk miskin tersebut tidak memiliki lahan di wilayah pedesaan dan mendapatkan upah yang relatif sangat rendah.
Beberapa Karakteristik Penduduk Miskin Ekstrim
-
Mereka kadangkala tersembuyi diantara keluarga non miskin di pedesaan, sebagai akibat dari ketidak seimbangan kekuasaan / power.
-
Disamping mereka beraktivitas di sektor pertanian dan tergantung kepada sumberdaya alam, mereka juiga memiliki sumber pendapatan yang beragam.
-
Mereka memiliki akses yang terbatas terhadap berbagai bantuan seperti jaminan sosial dan akses terhadap jasa keuangan untuk mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi.
-
Mereka terkadang mengalami marginalisasi secara sosial.