Ditulis ulang oleh : REVICKA ANGGREANY DAN RENY PUTRI
Di dalam pengumpulan data untuk suatu penelitian, ada dua golongan yang harus mendapat perhatian sepenuhnya dari sipeneliti. Golongan pertama adalah pencacah, yang bertugas mengumpulkan atau mengorek keterangan-keterangan yang diperlukan. Seringkali para pencacah ini masih peril mendapat pengawasan di dalam melakukan tugasnya. Para pengawas (supervisor) masih termasuk dalam satu golongan dengan para pencacah. Mungkin si peneliti juga bertindak langsung sebagai pencacah atau sebagai pengawas. Golongan kedua adalah penjawab (respondent), dari siapa keterangan-keterangan itu akan diharapkan. Penjawab ini dapat terdiri dari petani, pedagang-pedagang, anggota-anggota, koperasi, dan lain-lain. Tergantung dari macam penelitian yang dilakukan. Kondisi yang baik dari kedua golongan disertai Kerjasama yang erat serta pengertian yang baik yang bersifat timbal balik, memungkinkan didapatkannya data yang dapat memenuhi atau mendekati keinginan sipeniliti.
Data yang dikumpulkan untuk suatu penelitian haruslah memenuhi beberapa syarat, antara lain :
Data itu harus baik dalam arti harus teliti, lengkap, mempunyai nilai kebenaran yang tinggi serta mengikuti dengan tepat semua satuan-satuan ukuran, definisi-definisi dan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Data itu harus sesuai dengan rencana analisa (tabulation atau processing plan). Data yang diperlukan dalam analisa-analisa haruslah dapat dikumpulkan dengan lengkap, sebaliknya data yang tidak akan dipakai dalam analisa dapat diabaikan.
Data itu harus dapat diperbandingkan satu antara lainnya. Kolom-kolom, satuan-satuan ukuran, definisi-definisi, kriteria-kriteria, bentuk pertanyaan yang diajukan, dan lain-lain, harus uniform dan distandarisasi .
Data yang sempurna memenuhi ketiga syarat di atas itu memang tidaklah mungkin dapat terkumpulkan. Syarat-syarat yang disebutkan itu adalah bersifat relatif, artinya makin baik ketiga syarat itu dapat didekati, makin tinggilah nilai data yang dikumpulkan. Data yang tidak memenuhi ketiga syarat itu akan menyukarkan di dalam pengolahan serta penarikan kesimpulannya.
Untuk membantu para pencacah di dalam tugasnya mengumpulkan data yang bernilai tinggi, ada beberapa alat-alat pembantu yang sebagian atau seluruhnya dapat dipergunakan. Alat-alat pembantu itu ialah: (1) daftar pertanyaan, (2) catatan harian, (3) wawancara dan (4) pengamatan. Ada pencacah yang mempergunakan keempat alat-alat pembantu itu secara lengkap.
Daftar Pertanyaan
Daftar pertanyaan itu dibuat sebagai alat pembantu dalam pengumpulan data dari satuan-satuan populasi yang berjumlah besar, beraneka ragam dan letaknya tersebar. Ia juga dipergunakan di dalam pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang objektif. Kadangkala daftar pertanyaan itu merupakan satu-satunya alat pembantu dalam suatu penelitian, tapi sering ia dipergunakan Bersama-sama dengan alat-alat pembantu yang lain. Sejauh kemungkinan mengijinkan, daftar pertanyaan itu dimaksudkan untuk mendapatkan data yang kemudian dapat diolah dengan presisi statistik. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara uniform dan telah distandarisasi dalam daftar pertanyaan itu memungkinkan tercapainya maksud di atas.
Guna dari daftar pertanyaan di dalam suatu penelitian dapat disimpulkan dalam dua golongan sebagai berikut :
Daftar pertanyaan itu menambah kemampuan pencacah di dalam pengumpulan data. Daftar itu selalu mengingatkan pencacah akan hal-hal yang perlu diamati dan didapatkan keterangannya. Daftar itu pula yang membantu pencacah untuk mengisolasi sesuatu unsur dalam satu waktu tertentu, hingga perhatian isolasi sesuatu unsur dalam satu waktu tertentu, hingga perhatian dapat dipusatkan terhadap unsur tersebut saja.
Daftar pertanyaan itu berusaha menstandarisasi dan mengobjektifkan pengamatan-pengamatan dari berbagai-bagai pencacah. Dengan bentuk pertanyaan, definisi-definisi, satuan-satuan ukuran dan kriteria-kriteria yang uniform, daftar pertanyaan itu membantu para pencacah mendapatkan data yang objektif dan dengan tafsiran yang sama.
Karena daftar pertanyaan merupakan satu alat yang begitu penting dalam penelitian di bidang ilmu ekonomi pertanian, penyusunan haruslah dikerjakan dengan sangat saksama. Penyusunan daftar pertanyaan itu terdisri dari langkah-langkah tersebut di bawah ini :
Catatlah hal-hal apa saja yang ingin diteliti. Haruslah dijaga agar semua hal yang akan dipergunakan dalam analisa telah dicatat. Tentukan satuan-satuan ukuran, definisi-definisi dan kriteria-kriteria yang dipergunakan terhadap variabel-variabel dan hal-hal yang diteliti itu dengan tegas dan jelas. Jagalah agar tidak terdapat salah tafsir, baik dari pencacah maupun dari penjawab. Untuk membantu ingatan penjawab, bila perlu suatu variabel dapat di pecah-pecah menjadi dua atau lebih. Sebagai misal hendak diketahui pendapatan petani. Dengan berdasarkan ingatan saja petani-petani itu tidak mungkin akan sekaligus dapat memberi jawabannya. Variabel itu dapat dipecah menjadi dua, yaitu penghasilan dan pengeluaran.
Susunlah hal-hal yang akan ditanyakan itu dalam kategori-kategori misalnya hal mengenai tanah kumpulkan dalam kategori tanah. Hal-hal mengenai tanaman kumpulkan dalam kategorinya sendiri, dan sebagainya. Dengan demikian akan terdapat kategori-kategori atau golongan-golongan besar dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Kemudian susunlah kategori-kategori itu dalam urutan-urutannya yang wajar. Demikian pulalah hendaknya dikerjakan mengenai hal-hal di dalam tiap kategori.
Tentukan apakah hal-hal yang ingin diperoleh keterangannya itu akan ditanyakan dalam bentuk pertanyaan atau dalam bentuk kolom-kolom isian. Sebagai misal dikemukakan disini hal luas tanah yang digarap. Hal itu dapat ditanyakan dalam bentuk pertanyaan seperti: berapakah luas tanah yang anda garap? Untuk jawabannya tidak diberikkan kolom tersendiri. Jawaban tersebut dapat ditulis langsung dibelakang pertanyaannya atau pada tempat lain. Tentang luas tanah yang sama itu dapat pula ditanyakan dengan pertanyaan sudah disediakan kolom-kolom tertentu, misalnya seperti ynag di bawah ini :
1.0 Ha
1.1-2.0 Ha
2.1-5.0 Ha
5.1-10.0 Ha
10.0 Ha
Untuk pengumpulan data yang berjumlah besar dan yang akan diolah secara masinal, cara yang kedua akan lebih praktis dan efisien.
Carilah kata-kata yang singkat dan jelas untuk menyusun pertanyaan diatas. Pertanyaan yang terlalu panjang dan berbelit-belit akan menghilangkan pemusatan perhatian pada pokok persoalannya. Hindarilah pemakaian perkataan-perkataan yang meragu-ragukan (ambigious, dubberlzinnig) atau perkataan-perkataan yang kurang tepat. Langkah ini akan dapat menghindari salah tafsiran. Hal ini lebih terasa dimana untuk satu istilah yang sama, terdapat arti yang berbeda-beda untuk daerah-daerah yang berlain-lainan. Di Jawa Timur misalnya dikenal istilah kebun, di Sumatera dan Kalimantan juga dikenal istilah kebun itu. Tapi istilah yang sama itu mungkin sekali mempunyai arti yang berbeda-beda di ketiga daerah tersebut.
Apabila daftar pertanyaan itu sudah tersusun secara lengkap, adakanlah pengujian terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk penelitian yang sesungguhnya. Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan keyakinan, apakah semua hal atau variabel yang diinginkan sudah terdapat dalam daftar pertanyaan itu; apakah satuan-satuan ukuran, definisi-definisi, kriteria-kriteria, dan istilah-istilah yang dipergunakan itu sudah tepat; apakah susunan kata-kata di dalam pertanyaan-pertanyaan itu sudah jelas dan tidak membingungkan pencacah dan/atau penjawab; apakah kolom-kolom yang disediakan untuk jawaban tiap-tiap pertanyaan itu sudah baik dan cukup lengkap hingga dapat diolah kelak, dan sebagainya.
Di dalam pustaka asing, daftar pertanyaan itu dinamakan schedule atau questionnaire. Pada umumnya peneliti-peneliti membedakan schedule dan questionnaire itu sebagai berikut: Schedule itu adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh sipencacah, sedang questionnaire harus diisi oleh sipenjawab. Umumnya questionnaire itu dikirimkan oleh sipeneliti kepada satuan-satuan populasi yang akan diteliti, setelah jangka waktu tertentu, questionnaire yang telah diisi oleh sipenjawab lalu dikirimkan kembali kepada sipeneliti untuk diolah selanjutnya. Dilihat dari sudut biaya, cara pengumpulan data dengan pengiriman quantionnnaire itu memang sangat murah. Peneliti tidak perlu mengeluarkan biaya untuk ongkos para pencacah pergi ke daerah – daerah mengumpulkan data itu. Selain untuk pencetakan quantionnaire itu sendiri, biaya yang masih perlu dikeluarkan hanyalah berupa biaya pengiriman quantionnaire itu lewat pos kepada orang-orang yang dikehendaki. Sipenjawab juga dapat mengisi quantionnaire yang diterimanya itu pada saat ia merasa senggang dan cocok, hingga tidak akan mengganggu pekerjaan dan kesenangannya.
Sebaliknya terdapat banyak keburukan dari pemakaian quantionnaire yang dikirim itu. Jawaban-jawaban yang diterima oleh sipeneliti umumnya tidak representatif dan bersifat selektif, hingga tidak memberikan gambaran yang benar dari populasi yang diselidiki. Didalam penelitian ilmu usaha tani misalnya, hanyalah petani-petani yang sangat maju biasanya menjawab questionnaire yang dikirimkan kepadanya. Malah tidak jarang terjadi, dimana justru mereka yang tidak menjawab questionnaire itulah yang sesungguhnya harus diperhatikan.
Di negara-negara yang sudah berkembang, pemakaian questionnaire itu tidak dapat dilakukan atau sangat terbatas kemungkinan pemakaiannya, karena tingkat Pendidikan penduduk masih belum tinggi; pula belum adanya jiwa menghargai penelitian, hingga mereka yang menerima questionnaire tidak merasa berkewajiban membalasnya.
Adapula kriteria lain yang digunakan orang untuk membedakan schedule dan questionnaire. Questionnaire itu dibatasi pada daftar pertanyaan, dimana semua pertanyaan diajukan dalam bentuk pertanyaan dalam arti yang sebenarnya menurut ilmu bahasa. Semua daftar pertanyaan yang mempunyai bentuk lain daripada yang disebutkan itu, lalu dinamakan schedule. Tapi hanya sedikit peneliti-peneliti yang mengikuti kriteria ini.
Akhirnya didalam pemakaiannya sehari-hari, orang-orang tidak lagi membedakan antara schedule dan questionnaire. Perkataan questionnaire itu agaknya lebih disukai, hingga semua macam daftar pertanyaan yang dipergunakan dalam penelitian – penelitian disebutkan questionnaire.
Catatan Harian
Di negara-negara yang sedang berkembang, dimana tingkat Pendidikan penduduk masih relatif rendah, dalam pengumpulan data untuk suatu penelitian, para penjawab seringkali belum biasa menghadapi para pencacah yang langsung membawa daftar pertanyaan didepannya. Lebih-lebih lagi jika dilihatnya daftar pertanyaan itu panjang. Hal itu dapat mengingatkan para penjawab kepada petugas-petugas para pemerintahan dalam pengumpulan pajak atau kepada petugas-petugas kepolisian dalam pengusutan suatu perkara kejahatan. Para penjawab lalu menjadi gentar hatinya atau akan timbul rasa curiga terhadap maksud baik dari penelitian itu.
Situasi yang semacam inilah yang harus dihindari oleh tiap-tiap pencacah didalam suatu penelitian.
Kesulitan tehnis yang disebutkan diatas itu dapat diatasi dengan mencatat jawaban-jawaban yang diajukan itu didalam catatan harian, jadi tidak langsung didalam daftar pertanyaan. Kalau para penjawab itu melihat pencacah membawa kertas kosong yang masih putih, dapatlah diharapkan bahwa rasa curiga nya akan berkurang. Dan dengan beberapa kata-kata penjelasan yang baik, diharapkan rasa curiga yang tinggal sedikit itu akan dihilangkan. Sesudah sipencacah datang ditempat penginapannya, barulah jawaban-jawaban yang dicatat dalam catatan harian tadi dipindahkan kedalam daftar pertanyaan. Inilah fungsi pertama dari catatan harian itu. Tapi haruslah diingat, bahwa hal ini memerlukan persiapan yang lebih dari sipencacah. Kadang-kadang apabila pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan itu banyak dan harus diselesaikan dalam waktu singkat, cara yang disebutkan di atas tidak dapat dijalankan.
Fungsi kedua dari catatan harian adalah untuk mencatat hal-hal yang tidak terdapat dalam daftar pertanyaan, yang dipandang akan berguana sebagai latar belakang dari suatu keadaan. Daftar pertanyaan umumnya ditujukan kepada satuan-satuan populasi yang akan diteliti. Hal-hal mengenai keadaan umum di daerah itu, misalnya mengenai jumlah penduduk, luas tanah di seluruh daerah itu, iklim curah hujan, dan lain-lain, tidak terdapat di dalam daftar pertanyaan. Keterangan-keterangan yang di dapat dari pamong desa, kantor kecamatan, kawedanaan dan kabupaten, kantor dinas pertanian dan dinas-dinas lain, dicatat dalam catatan harian itu. Untuk penelitian yang hanya ingin mengumpulkan keterangan-keterangan dari hal-hal yang terdapat dalam daftar pertanyaan saja, fungsi kedua dari catatan harian ini dengan sendirinya tidak berlaku lagi.
Fungsi ketiga dari catatan harian ialah untuk memeriksa kerajinan dan aktivitas sipencacah sendiri. Apakah ia sudah menjalankan tugasnya sebagaimana semestinya, apakah ia terlalu lambat bekerja, dan lain-lain, dapat diikuti dari catatan harian yang dibuatnya.
Semua hal-hal yang dipandang perlu untuk dicatat, haruslah dicatat dalam catatan harian itu. Lebih-lebih lagi mengenai hal-hal yang cepat akan terlupa sebaiknya segera dicatat dalam catatan harian itu. Janganlah hendaknya sipencacah terlalu menyandarkan diri kepada kekuatan ingatannya. Sebab sekali ia terlupa akan jawabannya seseorang penjawab, alamat ia akan menjumpai kesulitan-kesulitan.
Catatan harian itu dapat dibuat secara kronologis atau kategoris. Catatan harian secara kronologis dibuat sesuai dengan urutan-urutan waktu sipencacah mengerjakan suatu pekerjaan. Pekerjaan yang dikerjakan lebih dahulu, akan dicatat lebih dahulu, tidak perduli pekerjaan apa yang dikerjakannya itu. Catatan harian secara kategoris dibuat sesuai dengan golongan-golongan pekerjaan yang dikerjakannya. Catatan-catatan mengenai tanah seseorang misalnya dikumpulkan mencatatnya menjadi satu golongan, tidak perduli apakah catatan-catatan itu di dapat pada saat yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Wawancara
Keterangan-keterangan yang ingin dikumpulkan itu didapat dari hasil wawancara antara sipencacah dan sipenjawab. Walaupun daftar pertanyaan yang dibawa oleh sipencacah itu sudah sempurna, tapi kalau ia tidak pandai mengorek keterangan-keterangan dari sipenjawab, data yang dikumpulkan itu tidak akan mempunyai nilai kebenaran yang cukup tinggi. Didalam wawancara itu dua golangan bekerjasama untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Golongan pertama ialah para pencacah (juga para pengawas), sedang golongan kedua ialah penjawab.
Pencacah yang baik harus memenuhi empat syarat yang disebutkan di bawah ini :
Pencacah harus mampu membina hubungan baik dengan penjawab. Ia harus dapat menerangkan maksud dan tujuan penelitian yang dikerjakan, agar keraguan-raguan penjawab dapat dihilangkan, hingga sipenjawab bersedia dengan tulus ickhlas membantu penelitian itu dengan jalan memberikan jawaban-jawaban atau keterangan-keterangan yang tinggi nilai kebenarannya. Ia harus dapat menjawab. Kwalitas dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh si penjawab sangat tergantung dari kesudiaannya membantu penelitian, juga pada keadaan dan perhatiannya kepada persoalan yang dibicarakan. Pencacah harus dapat melihat keadaan sipenjawab. Kalau misalnya sipenjawab sedang dalam keadaan sakit atau marah, janganlah pencacah memaksa melanjutkan wawancara, sebab dalam keadaan tidak tenang semacam itu, sukar diharapkan jawaban-jawaban yang bernilai kebenaran tinggi. Dalam membicarakan persoalan-persoalan itu pencacah harus dapat menarik hati penjawab, sebab dengan perhatian yang lebih besar terhadap persoalan yang dihadapi, keterangan-keterangan yang diberikan juga lebih lengkap dan lebih tinggi nilai kebenarannya.
Pencacah harus menguasai persoalan-persoalan yang akan diteliti. Ia harus mengerti benar satuan-satuan ukuran, definisi-definisi dan kriteria-kriteria yang dipergunakan dalam daftar pertanyaan. Ia harus dapat mengemukakan hal-hal itu secara jelas kepada penjawab, agar penjawab tidak salah tafsir. Salah tafsiran dari sipenjawab akan merusak data yang dikumpulkan, sebab data itu nanti tidak akan dapat dibandingkan satu antara lainnya. Pencacah harus dapat membantu sipenjawab mengingat-ingat kembali hal-hal yang sudah agak dilupakan. Misalnya si penjawab tidak tahu atau tidak ingat lagi akan umurnya, pencacah harus dapat menuntunnya, seperti menunjukan beberapa kejadian-kejadian penting di daerah ini; lalu ditanyakan apakah sipenjawab lahir sekitar salah satu kejadian itu, jauh sebelumnya atau jauh sesudahnya, dsb. Pencacah harus dapat menghindari bentuk pertanyaan yang menyarankan (memaksakan) suatu jawaban yang pasti (suggestive questions). Pertanyaan-pertanyaan seperti misalnya “tanah yang anda garap luasnya dua hektar, bukan?”, “penghasilan anda tidak mencukupi untuk hidup anda, bukan?”, “anda setuju dengan peraturan landreform yang baru dikeluarkan oleh pemerintah, bukan?”, dsb. ,harus dihindarkan. Karena umumnya sifat manusia itu penyegan, maka hamper dapat dipastikan, bahwa jawaban-jawaban yang akan diterima dari pertanyaan-pertanyaan semacam itu yalah “ya” atau “tidak”, tanpa keterangan lebih jauh.
Pencacah harus memegang disiplin dengan teguh. Bentuk-bentuk kolom, satuan-satuan ukuran, definisi-definisi, kriteria-kriteria, metoda pengambilan contoh, dll. Yang telah ditetapkan, sekali-kali tidak boleh dirubah oleh pencacah tanpa persetujuan pemimpin penelitian. Sebab jika ada pencacah yang merubah kriteria-kriteria tanpa persetujuan pemimpin penelitian, sedang pencacah-pencacah lain mempertahankan kriteria-kriteria yang lama, maka data yang dikumpulkan itu tidak dapat dibandingkan satu antara lainnya. Memang kebijaksanaan pencacah, misalnya cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menentukan siapa-siapa yang akan dihubungi terlebih dahulu dan siapa-siapa yang belakangan, dimana individu-individu itu akan dihubungi, dsb. Pencacah harus dapat menjaga kehormatan dari penelitian itu dengan jalan selalu menepati janji-janji yang diberikan kepada orang-orang yang akan dihubungi dan dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan nama baik penelitian, misalnya tidak boleh memaksa seseorang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, tidak boleh menghina orang-orang yang tidak dapat memberikan keterangan-keterangan yang lengkap, dsb.
Pencacah harus bersungguh-sungguh menjalankan tugasnya. Seringkali seorang pencacah yang dikirim ke daerah-daerah untuk mengumpulkan data, lalu lupa akan tugasnya. Setelah ia sampai di daerah dan melihat pemandangan dan tempat yang indah, ia lalu menyerupai seorang pariwisatawan daripada seorang pencacah. Banyak pencacah sama sekali tidak merasa bertanggung jawab atas kualitas data yang dikumpulkannya. Asal saja ia bertanya dan mendapat jawaban, dan asal saja daftar pertanyaan yang ia bawa sudah terisi penuh, ia lalu merasa bahwa tugasnya sudah selesai. Ia tidak memperdulikan lagi, apakah data yang dikumpulkannya itu mempunyai nilai kebenaran yang tinggi atau tidak. Pencacah tidak boleh lekas berputus asa di dalam mengumpulkan data itu. Kalau ia mengalami kesukaran-kesukaran dalam mendapatkan jawaban-jawaban, seperti misalnya petani lupa akan umurnya, lupa akan jumlah hasil yang diperolehnya, lupa akan jumlah padi yang dikonsumsinya, dan sebainya. Dia harus berusaha membantu petani bersangkutan dalam mengingatkannya.
Mengingat keempat syarat di atas, yang harus dipenuhi oleh seorang pencacah yang baik, dapatlah dipehami, bahwa pekerjaan pencacah itu tidak mungkin dapat diremehkan oleh peneliti. Agar data yang dikumpulkan tidak terbuang percuma, sipeneliti harus berikhtiar mendapatkan pencacah-pencacah yang dapat diharapkan tenaganya.
Di dalam memecahkan persoalan tentang pencacah itu, ada tiga patokan yang dapat menolong sipeneliti, yaitu:
Diwaktu memilih atau mengangkat seorang pencacah, hendaklah diperhatiakn kapasitas orang itu. Misalnya orang yang akan diangkat sebagai pencacah untuk sensus pertanian, hendaklah sedikit banyaknya mengerti soal-soal pertanian dalam arti ilmu pertanian dan hal-hal yang bersangkut paut dengan ilmu itu. Orang-orang yang diangkat sebagai pencacah untuk penelitian dibidang koperasi, hendaklah sedikit banyaknya mengerti soal-soal koperasi. Disamping mengenai lapangannya sendiri, hendaklah diperhatikan soal watak dan sifat. Faktor-faktor kepandaian bergaul, kepandaian menyesuaikan diri, disiplin dan kesungguhan hati dapat dijadikan kriteria dalam pemilikan tenaga-tenaga pencacah itu.
Untuk memperbesar kemampuan para pencacah, sebelum berangkat ke lapangan, mereka dilatih terlebih dahulu. Latihan itu berupa pelajaran atau diskusi yang meliputi persoalan-persoalan yang akan diteliti, satuan-satuan ukuran, definisi-definisi, kriteria-kriteris, dan lain-lain. Para pencacah harus menguasau persoalan-persoalan itu dengan baik dan harus mempunyai tafsiran yang sama terhadap semua ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Didalam Latihan itu mereka diberi juga penjelasan-penjelasan atau keterangan-keterangan mengenai cara bergaul, cara mendekati para penjawab, cara mengajukan pertanyaan, dan lain-lain. Hal yang dapat mempermudah para pencacah mendapatkan data yang diperlukan. Memberikan “mental coaching” kepada para pencacah juga akan sangat besar manfaatnya.
Diwaktu para pencacah melakukan tugasnya di lapangan, diadakan pengawas-pengawas (supervisors) yang bertugas mengawasi dan memeriksa kebaikan dan kelancaran pekerjaan para pencacah. Setiap saat para pengawas dapat membantu para pencacah memecahkan kesukaran-kesukaran yang dijumpainya. Kekurang telitian pencacah harus segera diperbaiki, kesukaran-kesukaran pencacah dalam menghadapi para penjawab harus segera dibantu mengatasinya, dan sebagainya.
Inilah tiga patokan yang dapat dijadikan pegangan oleh peneliti di dalam memecahkan persoalan pencacah. Daftar pertanyaan yang baik hanya akan menghasilkan data yang baik, apabila dikerjakan oleh pencacah yang baik pula.
Pengalaman
Pengamatan di dalam pengumpulan data itu merupakan suplemen dari wawancara. Kalau wawncara sudah dapat memberi hasil yang lengkap dan mempunyai nilai kebenaran yang dapat dipercaya, maka pengamatan tidaklah perlu diadakan lagi.
Ada dua fungsi dari pengamatan pada penelitian:
Untuk membantu sipenjawab menjawab suatu pertanyaan yang ia tidak mampu untuk menjawabnya. Misalnya kepada petani ditanyakan luas pekarangan yang dipunyainya. Untuk sipetani tidak jelas benar kriteria apa yang dipergunakan untuk menentukan pekarangan itu, hingga ia tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Lebih gampang baginya untuk mempersilahkan sipencacah melihat sendiri keadaannya itu, lalu menaksir sendiri berapa luas pekaranga itu berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Sipencacah lalu mengadakan pengamatan dan menafsir luas tersebut.
Untuk memeriksa kebenaran jawaban sipenjawab. Seorang petani misalnya mempunyai suatu kebun kelapa yang bentuknya persegi. Waktu ditanyakan selanjutnya berapa pohon kelapa yang terdapat di atas tanahnya itu, ia menjawab 25 pohon. Sipencacah ragu-ragu akan kebenaran jawaban di atas. Lalu ia mengadakan pengamatan ke kebun itu. Ternyata dia atas tanah sipetani itu memang benar terdapat 25 pohon kelapa. Panjang dan lebar kebun itu masing-masing 90 meter, hingga luas kebun itu adalah 8.100 m2. Rupanya petani itu belum dapat berhitung perkalian
Tidaklah mungkin bagi sipencacah untuk mengadakan pengamatan terhadap semua persoalan yang diperbincangkan. Pengamatan itu dilakukannya hanya terbatas pada membantu sipenjawab untuk menjawab pertanyaan yang ia tidak mampu menjawabnya dan pada pemeriksaan kebenaran yang meragukan sipencacah.