Pemikiran Jacques Lacan – Yang Nyata Yang Imajiner

Kuliah: Sanglah Institute.org

Pentingnya Kesan dan Gambaran
Melalui pengalamannya dari pasiennya, Lacan menyadari pentingnya kesan dan gambaran bagi manusia. Mereka yang mengalami sakit mental selalu diawali dengan kesan bagi penderita. Lacan mengutip eksperiment Konrad Lorenz terhadap anak-anak angsa untuk membangun teorinya tentang kesan dan gambaran dalam relasi wacana budak-tuan.

Wacana Budak-Tuan.
Ada empat jenis wacana menurut Lacan: (1) wacana budak-tuan; (2) wacana orang histeris, orang harus memilih dua pilihan dalam hidupnya, terutama pilihan-pilihan yang saling mengenyahkan; (3) Wacana Universitas/akademik, misalnya bagaimana orang-orang di kampus bicara istilah sulit dan tidak dipahami orang awam, dan orang awampun tunduk; (4) Wacana analis, menunjukkan bagaimana pasien didominasi oleh sang psikolog/psikater.
Wacana Budak-Tuan adalah soal “siapa mencuri kenikmatan lebih besar dari siapa”. Contoh: siapa yang menjadi budak dalam permainan ci-luk-ba anak kecil?
Contoh lain adalah secara umum orang kulit hitam menjadi budak bagi orang kulit putih. Ketika terjadi skandal, relasi ini bisa berbalik. Karena dengan skandal, orang kulit hitam dapat mencuri kenikmatan lebih besar dari orang kulit putih. Bagi orang kulit putih mengontrol orang kulit hitam adalah hal yang lumrah dan biasa. Tetapi sebaliknya ketika orang kulit hitam dapat menguasai dan mengontrol orang kulit putih, itu menjadi suatu yang luar biasa. Jadi ada fantasi yang lebih besar ketika itu, oleh karena nya wacana budak tuan adalah terkait dengan siapa mencuri kenikmatan lebih besar dari siapa.

Mempertanyakan “Aku”/Ketiadaan Aku.
Bagi Lacan, sulit mengatakan bahwasanya diri kita ini ada. Aku tidak pernah terbentuk secara natural/alami dari dalam diri kita sendiri, melainkan oleh penunjukan orang lain. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh teori cermin-Lacan.
Awal kita mengenal aku adalah ketika kita pertama kali bercermin. Apa yang dilihat dicermin adalah bukan aku, akan tetapi pantulan cahaya atau cahaya yang tertangkap. Kita tidak pernah melihat dari kita kecuali melalui orang lain. Lalu siapa yang mengontrol aku ini? Sebetulnya adalah perasaan memiliki aku. Bagi Lacan itu adalah ”Problem HOMONCULUS”.

Tahap Menuju Kemandirian
Pemikiran ini adalah konsep terbentuknya konsep kemandirian: imajiner/kebutuhan, permintaan/simbolik, dan keinginan.
Tahap imajiner bersifat fisiologis, seperti kebutuhan akan makanan atau kehangatan. Kebutuhan adalah sesuatu yang dapat dipenuhi sepenuhnya. Pada tahapan ini bayi, masih merasakan bagian dari ibunya atau menjadi satu dengan orang tuanya.
Tahap permintaan adalah permintaan yang tak mungkin. Anak harus mengajukan permintaan yang tak mungkin untuk melepaskan ketergantungannya pada orang tua. Permintaan yang tak diluluskan akan menimbulkan keinginan. Jika anak tak berhasil menemukan permintaan yang mustahil, ia tak akan pernah menemukan keinginannya sendiri, dan ia akan tetap meminta sampai ia meninggal. Guna memadamkan permintaan, anak harus melampaui permintaan dan menderita frustasi. Dan ini penting untuk menuju tahap berikutnya atau tahap kedewasaan.
Tahap keinginan atau tahap yang nyata. Menurut Lacan keinginan adalah suatu kemungkinan bagi si subyek, suatu yang dapat atau tidak dapat dicapai oleh si subyek. Di tahap ini anak telah mengetahui keinginan dalam hidupnya, mulai menetapkan cita-cita dan target yang hendak dicapainya dalam hidup.

Mempertanyakan Yang Nyata (Realitas)
Realitas adalah semacam kemustahilan yang kembali lagi dan lagi, “kembalinya yang tertekan”. Kenyataan tidaklah ada saat ini, karena waktu terus mengalir. Kenyataan adalah kembalinya masa lalu (past-now-future). Kita selalu ada dalam kemayaan. Kita terus mengalir ke depan tanpa tahu apa yang bakal terjadi. Yang Nyata adalah yang mustahil dikatakan (problem Bahasa), atau yang mustahil dibayangkan.

Problem Bahasa (Mirip dengan Derrieda)
Untuk berhubungan dengan dunia dan orang lain, mau tak mau sarat menggunakan Bahasa; sedang bahasa tak benar-benar mampu mereprentasikan yang kita maksud. Suatu kemustahilan yang kita derita adalah cita-cita komunikasi yang sempurna. Kita semua mau tak mau harus terus menanggung salah paham, salah dengar, dan salah kutip. Mau tak mau kita harus menggunakan Bahasa dan selalu disalah pahami, bagaimanapun kita bersikap hati-hati, bahkan pada orang-orang yang berusaha sebaik-baiknya memahami kita. Menurut Lacan, dengan bahasa kita seolah-olah memiliki pengacara (wakil) saat berhadapan dengan orang lain. “Kita tertangkap dan tersiksa oleh Bahasa”

Fantasi dan Pengalihan: Imajiner.
Fungsi utama fantasi adalah untuk menjaga minat subyek. Misal, ketika ingin makan spageti dan anda keluar membeli spageti, maka yang menggerakkan keinginan anda itu adalah fantasi anda. Cinta baru selalu membaur dengan cinta lama….Cinta serius dan cinta tak penting….Takkan habis cinta dikejar karena tak ada objek dari cinta (permainan fantasi).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *