FGD Lubuk Larangan Telentam

Kenangan FGD Pembelajaran Bersama Pengelolaan Sumberdaya Alam

Lubuk Larangan desa Telentam, Tahun 2003

 

Focuss Gruop Discussion

Pokok Bahasan             :  Karakteristik, Sejarah dan Latar Belakang Penetapan Lubuk Larangan.

Hari/Tanggal                 :  Selasa 24  Juni  2003

Jam                                :  19.30 Wib – Selesai

Tempat                          :  SD Inpres I Telentam Kec. Tabir Ulu Merangin

Fasilitator (Fs)               :  Elwamendri

Co. Fasilitator (Co Fs)  :  Budi Setiawan

Pencatat Proses             :  Yesi Rozawati

Perekam Proses             :  Lambok S. Panjaitan

Peserta                          :  Dari 20 orang peserta yang diundang hanya 14 orang yang hadir (semua peserta laki-laki). Banyaknya peserta yang tidak hadir disebabkan beberapa peserta yang diundang sedang ada kegiatan di desa tetangga. Para peserta yang diundang merupakan perwakilan dari komponen dalam masyarakat sesuai dengan tema yang didiskusikan.

 

 

Proses Diskusi :

 

Diskusi dibuka oleh fasilitator dengan mengucapkan salam, kemudian fasilitator juga mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah hadir atas kesediannya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran bersama. Fasilitator juga menjelaskan tema yang akan didiskusikan, selanjutnya sambil menjalankan absen hadir dan mempersilahkan peserta untuk mencicipi konsumsi yang telah disiapkan. Fasilitator memperkenalkan para anggota tim yang ada diruangan, setelah perkenalan dari tim fasilitator yang meminta kepada peserta untuk memperkenalkan diri setelah perkenalan selesai, … fasilitator memulai diskusi.

 

Fs                           :    Pada pertemuan-pertemuan informal sebelumnya kami sudah menjelaskan bahwa diskusi ini mungkin akan dilaksanakan beberapa kali karena kita ingin membahas lebih dalam, jadi tidak campur aduk. Pada hari berikutnya mungkin kita akan membahas tentang kondisi desa, hari berikutnya lagi, tentang aturan desa …

                                    Nah untuk malam ini yang menjadi topik diskusi kita adalah tentang karakteristik, sejarah dan latar belakang penetapan kawasan lubuk larangan Sesuai dengan yang tertulis di undangan, jadi secara bahasa yang sederhana : sejarah dan para penggagas dari lubuk larangan … (sambil menuliskan di kertas plano …) itulah topik kita malam ini.               

                                    Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan kenapa ini penting untuk dipelajari oleh kami. Kata orang bijak begini : orang yang tidak tahu sejarah adalah orang yang tidak bisa berterima kasih pad apa yang di sejarahkan. Oleh karena itu baik di desaTelantam maupun desa baru Pangkalan Jambu kami juga mengkaji, misalnya di desa Baru Pangkalan Jambu bagaimana sejarah didesa tersebut, ternyata kami mendapat kesimpulan bahwa hutan adat di desa Baru Pangkalan Jambu  membutuhkan perjuangan yang sangat besar bagi masyarakat untuk mendapatkan SK Bupati dan itu tidak sampai.

                                    Pada yang muda-muda artinya penghargaan orang yang berjuang berbeda penghargaan orang yang menerima saja. Kita juga ingin tahu sedikit bagaimana sejarah lubuk larangan ini kami tahu ada beberapa lubuk di desa ini. Secara informal kami juga sudah tahu dulu ada banyak lubuk, sekarang ada dua lubuk yang dipanen tiap tahun ada yang tidak boleh dipanen, ada yang namanya Resevart, … itu yang ingin kami pelajari. Berkaitan dengan sejarah, ada dimensi Bapak-bapak, ada dimensi waktu, dimensi ruang, dan ada dimensi orang-orang yang ada disitu. Jadi kami ingin Bapak-bapak bercerita kepada kami kira-kira kapan lubuk larangan itu pertama kali. Kemudian dimana tempatnya, siapa orang orang yang terlibat misalnya  di guguk tahun 93 … itu … orangnya …, itu yang kami ketahui lebih banyak dari Bapak-bapak (peserta serius mendengarkan)

Fs                           :    … Kami limpahkan kepada Bapak-bapak untuk bercerita …

                                    (peserta diam, … tidak ada yang memulai bicara …)

Fs                           :    Kalau tidak ada yang menjawab, kita tunjuk saja …

                                    Pak Matson, semenjak kapan lubuk larangan itu ada di telentam.

Matson                   :    Kalau tahunnya saya lupa

Husin                     :    Tahun 95

Fs                           :    artinya kita sudah seragam lubuk larangan pertama kali tahun 95

                                    Namanyo?

Matson                   :    Lubuk Pesong …

                                    (beberapa peserta juga menyebutkan nama yang sama)

Fs                           :    Kemudian menyangkut orang, siapa yang punya ide lubuk pesong ini?

Dahlan Ayub         :    Begini, Pak, sekarang saya ceritakan …, jadi masalah lubuk larangan itu yang pertama kali dulu sewaktu desa masih bersama Pasirah, kalau tidak salah tahun 1970an kira-kira pemimpin pasirah mendengar ada lubuk larangan di Bungo, di desa buat, masyarakatnya memang membentuik lubuk larangan, waktu itu pasirah … tertarik melihat contoh dim Muara Bungo, maka waktu tiba pasirah dia bikin ide dan membuat lubuk larangan di muara ngaol, kalau tidak salah tahun 1970an.

Matson                   :    Tahun 77

Dahlan Ayub         :    Ya … kira-kira begitulah …

                                    Jadi setelah itu marga di Talentam melihat perkembangannya, ya dikatakanlah … berhasil, mak pada tahun 95 masyarakat juga membuat Lubuk larangan … di desa Telentam …, itulah Lubuk Pesong.

Fs                           :    Jadi Lubuk Pesong muncul Karena melihat dimuara ngaol berhasil kenapa kita tidak, kira-kira … begitu … Pak.

                                    Saya ingin Tanya sedikit, bagaimana kondisi ikan saat itu di sungai kita.

Dahlan Ayub         :    Ikannya masih banyak.

Fs                           :    Kalau ikan masih banyak kenapa harus ada Lubuk Larangan?

Dahlan Ayub         :    Karena ide kami waktu itu, … katakanlah … kegiatan yang sifatnya rutin untuk pembangunan mesjid tidak ada, jadi kalau mesjid iuran itu menyulitkan masyarakat, maka kami punya ide untuk membuat lubuk larangan untuk pembangunan mesjid, untuk kas.

Fs                           :    Terima kasih Pak, kira-kira apa komentar Pak Matson tentang penjelasan Pak Dahlan …, apakah memang begitu ?

Matson                   :    … Memang begitu … (sambil manggut-manggut, … sambil makan …)

Fs                           :    Pak Samsudin punya komentar atau tambahan lain

Syamsudin             :    Ya … betulah … Pak.

H. Sanusi               :    Kalau saya ada tambahan.

Fs                           :    Ya … silahkan …

H. Sanusi               :    Waktu itu mengingat perhubungan tidak lancar, disamping untuk mencari dana pembangunan mesjid, kami juga mengkhawatirkan misalnya peminat-peminat ikan diluar banyak masuk ke Talentam, kalau memang terjadi demikian, maka ikan di sungai kami akan semakin berkurang. Jadi keuntungan lubuk larangan itu sebagai tempat untuk mempertahankan bibit ikan.

Fs                           :    Baik terima kasih Pak Sanusi, … jadi banyak juga orang luar …                              

H. Sanusi               :    … Banyak …

Fs                           :    Jadi ada kekhawatiran, artinya itu menjadi latar belakang juga mengapa lubuk larangan itu ada. Nah … untuk kasus ini saya ceritakan juga sedikit tentang Baru Pangkalan Jambu, itu juga yang mendasari mengapa mereka membentuk hutan adat, orang bukit, perentak, macam-macamlah, … turun ke desa, … kami ngango … bae …

                                    Ada persamaan kenapa di Pangkalan Jambi membentuk hutan adat dan di terentam dibentuk lubuk larangan, itu juga yang kami pelajari, … jadi ada dua dasar…

                                    Itu dulu Pak, sekarang bagaimana, apakah alasan ini masih bisa diterima, atau sekarang ada alasan-alasan lain, tambahan, … menurut Pak Sanusi dulu … ?

H. Sanusi               :    Pendapat itu masih bisa diterima sampai sekarang dan sebagai bukti bahwa alasan itu meyakinkan, buktinya dilubuk-lubuk lain ikannya sudah berkurang.

                                    Dengan adanya lubuk larangan yang kami jaga sesuai dengan peraturan adat kami, orang luar tidak berani masuk, dan pembibitan ikannya Alhamdulillah berkembang.

                                    Mungkin yang lain ada tambahan.

Fs                           :    Pak Husin, barangkali.

Husin                     :    Kalau menurut saya, disamping gagasan yang telah disebutkan tadi, itu benar adanya. Namun saya sedikit menambahkan, … mengingat populasi ikan makin lama makin berkurang, begitu juga jenisnya, ada baiknya lubuk larangan itu tetap dilestarikan agar anak-anak atau generasi penerus masih tau yang ikan sema itu bagaimana, kalau dilihat disungai masih ada …, bibit ikan yang lain juga begitu … mungin masih bisa dipertahankan sampai generasi berikutnya, disamping mencari dana untuk kebutuhan pembangunan dan juga beberapa tahun dinikmati hasil panennya sangat mengembirakan masyarakat.

Fs                           :    Terima kasih Pak, … saya sedikit memberikan gambaran … apo pulo kito membahas ini.

                                    Saya tahu Telentam belum punya Perdes, jadi belum ada peraturan desa mengenai lubuk larangan, kalau membuat Perdes ada pendahuluan, ada isi dan ada penutup, ini perlu, jadi tidak pusing-pusing lagi Pemdes membuat rancangan peraturan desa, … apo latar belakang …

                                    Jadilah nanati mungkin sepeerti peraturan desa  tentang lubuk larangan kita masih tertinggal  disitu, untuk lubuk larangan dibanding desa Pangkalan Jambu yang sudah punya peraturan desa.

                                    Jadi kalau tadi ada yang menanyakan apo … gunonyo … salah satu … kedepan, ya … itu tadi …

                                    Kita tinggalkan dulu yang tadi, kita Tanya sedikit mengenai … katanya lubuk larangan di kelola oleh orang adat, apakah ini memang murni gagasan orang adat, atau ada yang menyuruh, atau sebagian masyarakat disini meminta Pak Matson, kan saya tahu tentang gagasan beliau penguasa tunggal Talentam, … silahkan Pak Matson … ?

Matson                   :    Memang diusulkan oleh masyarakat Karen amasyarakat sudah melihat daerah-daerah lain ada yang berhasil, jadi masyarakat mengusulkan kepada orang adat, orang adatlah yang mengokohkan peraturan yang hendak ditentukan bersama.

Fs                           :    Jadi, masyarakat yang mengusulkan dan itu disambut oleh orang adat …

                                    Maka jadilah dia lubuk pesong tahun 95 …

                                    Kemudian setelah ini apalagi lubuk larangannya …?

                                    (peserta saling menyebutkan nama-nama lubuk …)

Zainal Arifin          :    Pada tahun 95, 96 berdirinya lubuk larangan itu 3 buah yang pertama lubuk pesong, yang kedua lubuk bedil yang ketiga lubuk batu ciri yang sekarang dibuat Reservart.

Fs                           :    Benar itu tiga lubuk sekalian Pak ?

H. Sanusi               :    Betul Pak

                                    Tapi seingat kito, lubuk bedil untuk periode yang kedua kali setelah lubuk pasong dipanen, mereka mengusulkan satu buah lubuk  Cuma tahunnya itu …, kalau tidak salah kito punyo lubuk pesong tiga tahun baru dipanen.

Matson                   :    Kalau Tahun 1995 lubuk batu ciri itu dibikin lubuk larangan selama 2 tahun. 

Syahid                    :    Lah… 2 kali panen baru lubuk batu ciri di jadikan Reservart.

Matson                   :    jadi sebelum tahun 95 lubuk pisang sudah ada libuk larangan.

Fs                           :    jadi sejak tahun 95 lubuk pisang sudah ada,… kita tanya dulu pak mantan ( sambil menunjuk pak Hasan Basri ) pak mantan ini sampai tahun 96… ya pak.

Hasan                     :    Dak … pak 86

Fs                           :    Ado dak yang agak pasti tonggaknya….?

Hasanusi                :    Lubuk pisang lebih dulu dari lubuk batu ciri, libuk batu ciri kalau tidak salah sama dengan ….. ( agak bingung…)

Dahlan                   :    Di apo.… tu kan ado mereknya…

H. Sanusi               :    itu peresmiannyo…, itu tahun keduo baru persmiannya.

Fs                           :    persmiannyo tahun berapo pak ?

H. Sanusi               :    Peresmiannyo tahun 96

Fs                           :    itu sudah 2 tahun kito kelola baru resmi.

H. Sanusi               :    ….. tahun 94

Fs                           :    94… kito kelola 2 tahun 96.. resmi, sebelum tahun 94 ini sudah ada lubuk pesong .. , berarti lubuk pesong dulu ado baru lubu batu ciri.

                               :    ini bagaimana pak, panen lubuk pesong dulu baru ada lubuk batu ciri,….. atau bagaimana

Dahlan A               :    panen dulu baru dibikin lubuk batu ciri (kemudian pak dahlan berbicara berdua dengan pak Hasan Basri, setelah itu berpaling kepada peserta,… peserta sibuk dengan pikiran masing-masing untuk mengingat – ingat).

Fs                           :    Lubuk pesong berapo tahun.. setelah ditetapkan lubuk larangan pak.

Hasanusi                :    itu 2 masuk 3½

                               :    2 tahun kito ngumpul, masuk tigo kito merancang

Fs                           :    katakanlah ini tahun tahun 94, artinya tahun 92 ini sudah ada.

Matson                   :    ya… kira-kira berkisar itulah …..

Fs                           :    jadi kira-kira beginilah sejarah dari lubuk larangan, jadi nanti kalau ado yang tanya jawabannya dak nyimpang-nyimpang lagi….. kalau pengelola itu dulunyo waraga masyarakat melihat ke ngaol, kemudian mengusulkan kepada orang adat, yang waktu itu pak matson maka dibuatlah libuk larangan, kemudian setelah itu baru lubuk batu ciri.

H.sanusi                 :    maksudnya…

Fs                           :    Dipanen juga.

peserta                    :    tidak (hampir serentak).

matson                   :    kalau pertamo kali lubuk batu ciri memang di panen

Fs                           :    jadi untuk pertamo kali lubuk batu ciri memang dipanen

Matson                   :    mulai dijadikan lubuk larangan, ado informasi PPL, biso dijadikan Reservart.

Fs                           :    dari mana pak informasinya.

matson                   :    informasinyo dari PPL perikanan.

Fs                           :    dari informasi PPL, maka diusulkan lubuk batu uri menjadi reservart.

Fs                           :    kenapa bapak mau dijadikan reservart pak ….. Abusri

Abusri                    :    lubuk batu ciri itu dijadikan reservart, mengingat waktu itu ikan semakin berkurang, dan sewaktu itu PPL mengatkan itu akan dijadikan bibit contoh, agar anak cucu kito tahu bagaimana ikan semah

Fs                           :    secara umum ikan di sungai masih banyak atau sudah berkurang ?

Dahlan A               :    Masih banyak.

Fs                           :    Kalaulah ikan berkurang, kira-kira masih mau dijadikan Reservat ?

Dahlan A               :    Ya… kalau menurut kami, itu masih tetap dijadikan Reservat.

Fs                           :    Oke, …kalau ikannya tinggal sedikit, ini masih tetap dipertahankan warga desa, …itu Lubuk Batu ciri…yang lain lubuk apalagi pak ?

Husin                     :    Lubuk batu cada’, Lubuk Batu Guling.

Fs                           :    Kami mendengar dulu ini dijadikan Lubuk Larangan, tetapi sekarang tidak lagi… Kenapa ? kami ingin informasinya ?

                                    (Peserta Diam)

Fs                           :    Pak Harun ?

Pak Harun              :    (Diam … sambil senyum-senyum).

Fs                           :    Kami ingin tahu… apa yang mendasari itu dulu Lubuk Larangan, sekarang tidak lagi ! kenapa tidak dipertahankan.

Harun                     :    Lubuk Batu Cada’ itu di Kampung Tengah, kebetulan dulu panennya tidak berhasil …

Fs                           :    Jadi panennya tidak berhasil… satu kali panen, dua kali panen.

Harun                     :    Sekali panen tidak berhasil.

Fs                           :    Bisa tidak saya berkesimpulan, bahwa dulu tiap-tiap dusun itu punya lubuk ?

Harun                     :    Ya… punya lubuk, …dulu lubuk pesong itu orang guguk dan rumah gedang yang punya…

Fs                           :    Baik, terima kasih pak untuk alasan-alasannya.

                                    mungkin Pak Budi ingin menambahkan.

                                    (Fs beralih ke Co Fs)

Co Fs                     :    Ya… yang menarik bagi saya… di reservat itu pengelolaannya sekarang itu dikelola oleh desa atau Dinas Perikanan ?

Dahlan A               :    Dinas Perikanan.

Co Fs                     :    Apakah mungkin, kalau lubuk pesong ini hasilnya saya dengar pernah Rp. 450.000,- kemudian terakhir satu juta dua ratus. Kalaulah terjadi penurunan lagi, misalnya gagal… apakah masih tetap dipertahankan menjadi lubuk larangan ?

Dahlan A               :    Kalau menurut pendapat kami sebagai masyarakat rumah gedang masih tetap dipertahankan.

Co Fs                     :    Bagaimana Pak Sanusi ?

H. Sanusi               :    Kalau pendapat saya, walaupun hasilnya berkurang, setidak-tidaknya hasilnya masih ada. Karena Lubuk Larangan, Lubuk Pesong merupakan satu rumpun.

                                    Andaikata hasilnya kurang karena disebabkan apa…, kita akan memikirkan bersama, kalau memang penyebabnya karena waktunya pendek. Jelas peminatnya akan kurang, tapi kalau masa larangannya satu tahun dua tahun, Insya Allah penjagaannya ketat, saya yakin hasilnya tidak akan menurun.

                                    Sekarang kami sudah menambah kekuatan penjagaan dengan yasinan. Tujuan yasinan ini bagi masyarakat yang mengingkari peraturan-peraturan kemudian terjadi kemalingan-kemalingan, namun penjagaan dari adat secara hukum. Kami perketat dengan memberikan kambing, kalau tidak sanggup dengan kambing diganti dengan uang Rp. 100.000,-.

                                    Jadi kalau menurut saya, mundur atau naiknya penghasilan itu tergantung masalah lubuk larangan dan penjagaan, namun bagaimanapun menurunnya hasil kami akan tetap bertahan.

Co Fs                     :    Itu kan menarik Pak, soal penjagaan, menurut kabarnya dulu belum pakai yasinan. Yasinan itu semenjak kapan ?

Dahlan Ayub         :    Tahun itulah…, ada kelolongan terus jadi dibacakan Yasin.

Co Fs                     :    Kalau kelolongan terus, berarti ada yang mengambil, tetapi sanksi tidak berjalan.

H. Sanusi               :    Bukan begitu pak, …apabila terbukti mengambil ikan sanksi tetap jalan, yang dikhawatirkan kalau maling tidak terbukti.

Co Fs                     :    Jadi tahun terakhir dibacakan Yasin, Insya Allah berkurang.

H. Sanusi               :    Sangat berkurang, …kami kelolongan dua lubuk, Lubuk Cada’ dengan Lubuk Batu Guling. Kalau kelolongan satu kali mungkin tidak apa-apa, maka jangan sampai kelolongan itu berkelanjutan.

Matson                   :    Lubuk Temelan …

H. Sanusi               :    Lubuk Temelan…, ya 3 lubuk.

Co Fs                     :    Apakah mungkin lubuk ini ditambah lagi dengan lubuk yang lain dengan sistem pengelolaannya yasinan lagi.

                                    Kalau ini sukses, apakah tidak ada keinginan dari masyarakat untuk dibacakan Yasin lagi.

H. Sanusi               :    Berkemungkinan besar ada, tinggal tergantung dari dusun itu sendiri. Misalnya ingin membuat lubuk larangan minta bantuan kepada tim yasinan, kemungkinan disediakan tapi kalau tidak diminta, anggota yasinan tidak akan mau.

Co Fs                     :    Satu lagi pak, …

                                    Lubuk Larangan itu fokus utamanya, tujuan utamanya untuk pembangunan mesjid. Kalaulah dalam lima tahun ini pembangunan mesjid selesai, kira-kira dananya ini untuk apalagi ?

H. Sanusi               :    Itu tergantung mana yang penting dalam pembangunan desa kami. Ini tergantung program desanya lagi.

Co Fs                     :    Menurut Pak Sekdes bagaimana ?

Husin                     :    Kalau menurut saya, …yang pertama kan kita programkan untuk pembangunan mesjid, untuk seterusnya kalau memang pekerjaan sudah selesai. Kami masih tetap mempertahankan Lubuk Larangan itu untuk pembangunan-pembangunan desa yang sifatnya secara umum.

                                    Kenapa dipertahankan Lubuk Larangan itu, seperti yang sudah saya katakan tadi disamping untuk pembangunan, juga saya dengar dari beberapa masyarakat, kalau itu tidak dilakukan lagi itu semacam kurang kegairahan dari masyarakat, karena setiap tahun atau dua tahun sekali tiap panen ikut merasakan kegembiraan tersebut disamping mencicipi ikan hasil panen.

Co Fs                     :    Bagaimana Pak Abasri, …sekarang kan hampir 70 % ke mesjid kalaulah elok semua, Lubuk Larangan ini kemana lagi… ?

                                    Mungkin Pak Abasri ada pemikiran kedepan !

Abasri                    :    Kalau mesjid selesai, mengingat desa kami masih banyak yang kurang, apa-apa yang dilaksanakan di pemerintahan desa.

Co Fs                     :    Pak Harun.

Harun                     :    (Diam …)

Co Fs                     :    Pak Zainal, barangkali ?

Zainal A                 :    Yang Bapak katakan tadi kalau pembangunan mesjid telah selesai, yang dimaksud Bapak apakah hasilnya…

Co Fs                     :    Tujuan Lubuk Larangan, dari rapat yang semalam kami kutip, itu 70 % untuk pembangunan mesjid.

Zainal                     :    Kalau memang pembangunan mesjid sudah selesai, mungkin ada kebutuhan-kebutuhan lain yang perlu biaya, mungkin dialihkan kesana yang kedua untuk masa depan, mengingat generasi yang ada sekarang maupun yang belum ada itu mungkin nantinya ingin mengenal jenis-jenis ikan.

Fs                           :    Baik, terima kasih.

                                    Ada beberapa hal lagi yang ingin kami pelajari dari Lubuk Larangan ini tentang pembentukan Lubuk Larangan, dari informasi yang kami terima dulu tiap dusun ada mengelola Lubuk Larangan, apa benar itu Pak Harun ?

Harun                     :    Benar.

Fs                           :    Kami ingin datanya pak, dusun kito kan ada 5 : Rumah Panjang, Kampung Tengah, Tumah Gedang, Guguk dan Kandang.

                                    (sambil menuliskan di kertas plano)

                                    Ada 5 dusun di telentam, di guguk banyak dari muara temelan sampai Taman Uri, kalau Rumah Panjang ado lubuk bedil, lubuk sungai berneh masuk ke Kampung Tengah, …

                                    Kalau Rumah Panjang dulu apa nama lubuknya pak ?

Matson                   :    Lubuk Cadak sebenarnya terbuka untuk umum, …kalau tak salah Rumah Panjang : sungai berneh…, …Lubuk Cada’ di Kampung Tengah Lubuk, Batu Guling, dulu yang punyo, Rumah Panjang dan sungai dernai, lubuk cada’ yang pertamo untuk Kampung Tengah, Rumah Panjang, sungai bernai, karena lubuk cada’ tidak berhasil, waktu panen ikannya lari kelubuk batu, tahun depannya dipindahkan ke lubuk batu guling, jadi pengelolaannya Kampung Tengah Rumah Panjang dan Sungai Bernai jadi untuk guguk, rumah gedang, itu lubuk pesong, karena lubuk pesong itu ditepian guguk dan disebrangnya Rumah Gedang, untuk dusun kandang itu dibuat lubuk empelu, lubuk bedil belum dijadikan lubuk larangan.       

Co Fs                     :    Berarti sekarang lubuk muara empelu yang bakal di panen itu beda dengan lubuk bedil.

H. Sanusi               :    Maksudnya Pak ?

Co Fs                     :    Lokasinya ?

H. Sanusi               :    Ya, lokasinya beda.

Co Fs                     :    Lubuk bedil itu sekarang tetap lubuk larangan.

H. Sanusi               :    Tidak, …tidak lagi, tidak bisa dipelihara…

                                    (Beberapa peserta juga memberikan jawaban yang sama…)

Fs                           :    Baik, terima kasih pak… informasinya mengenai pembentukan lubuk dulu, tapi karena beberapa yang gagal, maka lubuk empelu untuk lubuk peseng, reservat semua telentam.

                                    Saya ingin menanyakan pada pak Syamsudin, …reservat ini kan dikelola oleh Dinas Perikanan, apakah Bapak tahu bagaimana Dinas Perikanan mengelola Reservat ini.

Syamsudin             :    Saya juga tidak begitu jelas pak.

Fs                           :    Pak Matson, Pak Hasan, apakah bapak mengetahui bagaimana Dinas Perikanan mengelola Reservat ini ? …

                                    Sepengetahuan Bapak lah …

Hasan B                 :    Mungkin yang lebih tahu adalah orang yang berkecimpung, dan yang telah di SK kan, tapi dari yang saya dengar dan saya pernah tanyakan ke orang perikanan itu bahwa Dinas Perikanan itu untuk memelihara lubuk reservart agar jangan terjadi kebocoran itu diberikannya SK kepada orang yang menunggu dan barang siapa yang kedapatan… untuk mencuri, orang itu akan diberikan sanksi, kira-kira tidak menurut adat kampung, karena bersangkutan dengan Pemerintah itu diserahkan kepada yang berwajib…

                                    Kira-kira begitu Pak …

Fs                           :    Baik… terima kasih Pak Hasan, Pak Imam. Bagaimana ?

                                    Pertanyaannya sama dengan yang tadi.

Syahlid                   :    Dasar-dasarnya dulu dijadikan lubuk Resevat itu, …dulukan dimintanya lubuk cadak, jadi runding-runding di mesjid dipilih lubuk batu ciri dan lagi sesuai dengan airnya, dan juga sudah ditesnya penetapan ikan disitu lebih mantap, maka disitulah dijadikan Reservat.

                                    Jadi pengelolaannya itu kalau menurut hukum kami adat di kampung itu diberi sanksi kalau terjadi kebocoran. Kalau didenda 100 Ribu sanggup orang membayarnya, tapi kalau dihutangi dengan yang dia tidak sanggup untuk membayarnya, itu didenda dengan uang 100 Juta … dak sanggup membayarnya, …maka dengan itulah tidak terjadi kemalingan, kebocoran, …jadi kalau terjadi kebocoran itu kepolisian yang menanganinya, maka dengan itulah lubuk itu aman, disamping itu penjaganya di gaji…

Fs                           :    Jadi bagaimana cara… mereka menempatkan penjaga, mereka tiap bulan memberi honor…, nak sepengetahuan Bapak ?

Syahlid                   :    Itu… kiro-kiro kami jauh… yang lebih tahu orang Batu Ciri.

Fs                           :    Pak Matson, …bagaimana orang Dinas Perikanan mengelola Reservat ?

Matson                   :    Cara Dinas Perikanan mengelola…, orang yang menjaganya memang ditentukan di SK kan, rumah untuk orang jaga diberi pagar kawatnya diberi…, tanda-tanda batasnya diberi…, kami tinggal melaksanakan pemasangannya.

Fs                           :    …Itu dari Pak Matson, sekarang dari beliau… (sambil menunjuk Pak Zainal Abidin).

Zainal A                 :    Pengelolaan dari Dinas Perikanan, yang pertama sekali… mengenai biaya dia sendiri yang turun… melengkapi perlengkapan-perlengkapan, orang yang menjaga, honor penjaga, peralatan lain… seperti perahu, dsb… kemudian dipercayai orang yang berdomisili di Reservat yaitu orang Batu ciri.

                                    Tentang peraturan, waktu itu peraturan mengenai UU Perikanan itu sanksinya pada UU 1985, kalau terjadi kemalingan dikenakan UU Perikanan Republik Indonesia, kalau dipenjara setinggi-tingginya 10 tahun. Kalau didenda sebanyak-banyaknya 100 Juta…, nah itu yang diberikannya amanat kepada petugas jaga…, maka petugas jaga tersebut yang melaksanakan sesuai dengan peraturan dari Dinas Perikanan.

Fs                           :    Ada diberi pakan juga Pak… ?

Zainal A                 :    Pakan… dari Dinas Perikanan, kalau tidak salah cuma satu kali.

Fs                           :    Terima kasih…, nah Pak Dahlan sudah dengar itu,… saya juga baru tahu…, itu salah satu yang namanya belajar bersama, dia punyo lebih kito diberitahu… kami punyo lebih kami beritahu…

Zainal                     :    Ada tambahan pak… ?

Fs                           :    Ya, silahkan pak…

Zainal                     :    Tahun 2002 yang lewat, adalagi tambahan sanksi dari desa…, yang bunyinya : “Siapa yang kedapatan mencuri ikan di lubuk larangan, itu dikenakan sanksi dari desa, satu orang 3 juta rupiah”.

Fs                           :    Dari desa atau dari adat pak …

Zainal                     :    Ya… kerja samalah, pak, aparat desa, adat, pegawai mesjid, tokoh agama.

Fs                           :    Terima kasih pak atas informasinya tentang pengelolaan Reservat sebagai sumber ikan di desa ini, kemudian hal lain yang ingin kita pelajari adalah… Ancaman atas lubuk larangan ini

                                    (sambil menuliskan di kertas plano)

                                    Kira-kira apa yang menjadi ancaman terhadap lubuk larangan ini Pak Dahlan.

Dahlan A               :    Berkemungkinan pak, menurut saya… sesuai dengan krisis atau keadaan ekonomi yang tambah lama tambah parah, mungkin-mungkin nanti masyarakat meracun di sungai, kalau ini terjadi sudah tentu lubuk larangan ini akan punah,… itulah kira-kira ancaman yang akan datang, tahu nanti krisis ekonomi ini bertambah terus, sebab hasil pertanian sekarang seperti getah : murah, hasil-hasil hutan sudah diperketat oleh kehutanan.

                                    Pernah juga dulu sewaktu ikan banyak terjadi musibah longsor di hulu sungai tabir, bahasa kami disini namanya Tubo Gelumbai itu hampir punah ikan kami, banyak ikan yang membusuk.

Fs                           :    Tubo Gelumbai, itu ancaman dari alam.

Dahlan                   :    Ya, pak,… untunglah di Reservat ikan masih bertahan.

Fs                           :    Baik jadi ada kemungkinan untuk meracun ikan, ado tubo gelumbai yang sudah pernah terjadi, kemungkinan besok kito dak tau…

                                    Menurut Pak Hadist apa yang menjadi ancaman lubuk larangan, mungkin masa lalu, atau pengalaman.

Hadist                    :    Menurut saya pak, itu ancaman dari luar, seperti orang luar, orang dak tau itu lubuk larangan, karena tanda-tanda lubuk larangan itu tidak ada pak, merk tidak ada, itulah menurut saya yang menjadi ancaman.

Fs                           :    Yang lain, …Pak Harun ?

Harun                     :    Kalau pemerintahan desa bersatu dengan orang adat dan pemuka-pemuka masyarakat seluruhnya tentram, itu berkemungkinan tidak ada ancaman.

Fs                           :    Begitu pak, …kalau ancaman Racun ini dari orang kito disini atau orang luar.

Dahlan A               :    Orang luar pak.

Fs                           :    Nah kan banyak informasinya, tidak ada tanda-tanda, orang adat hanya dapat 100 Ribu perlubuk itu contoh yang bisa kita timbang-timbang kesimpulan untuk sementara kami yakin ini ada persoalan, tapi tidak malam ini kita bahas, kemudian itu tadi ancaman terhadap lubuk larangan dan informasi terakhir mungkin yang kami minta : pernahkah dijatuhkan sanksi adat selama lubuk larangan itu ada.

Co Fs                     :    Mungkin yang tertangkap maupun yang terdengar…

Peserta                   :    Ado… (dijawab hampir bersamaan…)

Fs                           :    Ado… pak Harun, apo bae… kapan bae.

Harun                     :    Lubuk pesong dulu.

Fs                           :    Tidak usah disebut siapo yang melanggar.

Harun                     :    Di Lubuk Pesong, …itu susah ada keputusan pemerintahan desa, ada juga syara’ dan pemuka-pemuka masyarakat, itu dibikin lubuk larangan didalam itu ado yang namonya panen liar, kalau kato kami tu… ada sekelompok orang yang menentang Keputusan Rajo tidak mau menerima kebenaran orang, jadi tali yang 3 sepilin itu tidak bersatu. Kato kami di dusun menggunting didalam lipatan, …itulah gejala-gejala…

Co Fs                     :    Itu dibayar…

Harun                     :    Ya, …pertamo dia bilang mancubo jalo baru.

                                    Keputusan tidak bole mengambil ikan dengan jalo, dengan senapan, dia pakai jalo, dendo…100 Ribu, … sekarang Insya Allah tidak ada lagi.

Co Fs                     :    Sebenarnya sudah lamo kito mengenal dari mulai lubuk di setiap dusun sampailah lubuk yang tigo yang ado sekarang ni… nah, selain dibacakan Yasin, apalagi untuk mengelola lubuk larangan ini, kalau di Reservat tadi misalnya ada tanda…, saya tidak tahu kalau di Reservat itu agar ikan berkumpul apo…yang dikasih…, kalau sema’ itu makannya buah aro. Apokah pohon aro ditanam di pinggir lubuk larangan itu, apo pohon beringin dan lain-lain. Nah selama ini apa yang kita lakukan untuk pengelolaan lubuk larangan ini, sekarang dibacakan Yasin, kalau dulu dak telap dijago karno dipaling orang jugo. Kalau desa sudah memutuskan yang mengambil ikan di Reservat itu tiga juta apakah yang di tempat lubuk larangan yang punya orang desa sendiri apakah tidak biso limo juta, di Reservat 3 Juta artinya itu milik Pemerintah, didesa sendiri apakah masih kambing 1 ekor dan uang dua ratus ribu. Kalau saya tahu di lubuk pesong ini banyak sema’nya biarlah saya bayar dua ratus ribu…

                               (Peserta tertawa)

                                    Saya jalo semanya, saya bayar dua ratus ribu…, saya suruh orang jalo, 3 orang, 4 orang saya suruh jalo…

                                    Saya melanggar lubuk larangan, kambing satu, beras 20, saya bilang dak mampu, saya bayar saja uang dua ratus ribu. Bagaimana Pak ?

Harun                     :    Begini pak, kato pepatah kami di dusun anak berajo ke Bapak, Ponakan berajo ke Mamak. Jadi kalau Bapak dak menipu anak, anak tidak mau melawan ke Bapak, jadi kalau Bapak bisa menipu anak, anak pun bisa menipu Bapak. Begitulah… kalau bersatu yang tigo sapilin itu Insya Allah amanlah negri kito…

Dahlan A               :    Tadi Bapak bilang bersengaja melanggar, karena Bapak sanggup membayar hutang 200 Ribu, kalau itu sengaja dilakukan dia bisa cacat hukum, kalaupun denda 5 Juta dia masih sanggup dia tetap cacat hukum.

(Diskusi terhenti sebentar… karena lampu diperbaiki, setelah selesai diskusi dilanjutkan kembali).

H. Sanusi               :    Ada tambahan pak, pertimbangan kami dalam memutuskan didenda… karena penjagaannya banyak, seluruh masyarakat menjaga, kalau ada yang mengambil itu tidak mempunyai kesempatan yang banyak, tapi kalau umpama besok Bapak sanggup bayar 200 Ribu, Bapak jalo… itu lain lagi ceritonyo… pak, hukumnyo… itu sengajo, tapi kalau orang tu maling otomatis kesempatannya sedikit…

Co Fs                     :    Kalau ado orang dulu luar menjalo kesini, menabur jalo disini karna tidak ado batas…

H. Sanusi               :    Kami berpedoman, karna itu memang kelemahan kami didesa… Tapi yang jelas setiap pendatang yang masuk sebagai tamu harus mengucapkan salam seperti Bapak kan masuk ke desa kami, tanyo larangan di desa kami, dan sebagainya, tapi kalau orang tu masuk tanpa assalamualaikum itu bisa terjadi, siapapun yang masuk tanpa ke desa telentam, kalau dia melanggar peraturan kami tetap kami ajukan.

Co Fs                     :    Setelah melihat ancaman-ancaman yang disebutkan tadi, kira-kira akankah berobah sistem pengelolaan lubuk larangan ke depan, atau akan memang tetap seperti itu. Apakah memang kita sudah puas dengan peraturan-peraturan yang ada sekarang, atau apakah ke depan akan ada perubahan-perubahan ke model-model yagn lebih bagus lagi, apakah kita akan melihat model pengelolaan Reservat, atau sudah kita bicara ancaman, karena tadi ada ancaman Racun dari orang luar, ado ancaman orang yang akan menjalo… ado soal tali tigo sapilin yang tidak kompak, …itu kan ancaman… jadi untuk ke depan kira-kira pemikiran seperti apa ?

                                    Silahkan Pak Dahlan !

Dahlan A               :    Pendapat saya begini pak, kalau umpamanya cara pelaku itu memang begitu canggih, maka hukum lebih ditingkatkan lagi, bermacam cara pula akan kami lakukan…

Co Fs                     :    Caranya seperti apa itu pak ?

Dahlan A               :    Kalau memang keuangan desa mengizinkan ya, tidak apa-apa kita bisa membuat penjagaan sepanjang malam, itu kan harus ada honornya seperti di Reservat.

Co Fs                     :    Pak Harun mungkin ada pemikiran ke depan.

Harun                     :    Menjaga lubuk larangan itu lah, bersatu pemerintahan, adat, agama dan masyarakat, semuanya bisa kito sebar menjago lubuk larangan.

Co Fs                     :    Pak Hadist bagaimana ? Kalau kita berpikir, kayaknya lubuk larangan ini akan terus kita pertahankan, nah ke depannya bagaimana ? jangan-jangan pembangunan mesjid selesai, yasinan sudah cukup, terserahlah…, mesjid kito sudah bagus, …dananya untuk bikin jalan…

                                    Ah… itu kan jalannya untuk orang Rumah Panjang, jalan kamiidak kato orang dusun kandang… nah bisa saja terjadi karena kalau hubungannya sudah hablumminannas, itu yang payah…

                                    Nah kalau tujuannya sudah bergeser, itu kan urusan dunia…, kalau urusan mesjid yo… kito dak biso ngelak, nah apakah masih tetap kita pertahankan itu kan modelnya lain lagi, kira-kira itu yang saya maksud pak Zainak\l, kedepannya seperti apa ?

Zainal                     :    Kalau untuk pengelolaan ke depan melihat kondisi dan situasi itu sudah mengkhawatirkan tapi kalau masyarakat desa telentam dan aparat-aparat yang tiga sepilin itu tahu dengan manfaat dari hasil lubuk larangan itu… apa kata Tuhan saja, nak ditunggu terserah, enteng saja…

                                    Sebaiknya peningkatan untuk masa-masa yang akan datang, apa salahnya warga desa itu diadakan Ronda, beberapa orang per malam.

(Ketika pak Zainal berbicara, pak Husin meminta izin meninggalkan Ruangan)

Co Fs                     :    Bagaimana pak Sanusi, ini kuncinya di orang adat.

H. Sanusi               :    Saya ini masih muda, jadi ilmunya masih kurang, …(sambil tertawa)

Co Fs                     :    Ini khusus untuk pengelolaan kedepan ?

(Pak Husin masuk Ruangan kembali)

H. Sanusi               :    Saya lihat di desa telentam ini persatuannya agak kurang, kalau kita membuat sesuatu kegiatan kuncinya persatuan dan kesatuan, kalau memang keadaan itu seperti sekarang, dak jalan kegiatan tu sebatas yang adolah…

                                    Jadi usaha yang bisa dilakukan adalah memasyarakatkan persatuan itulah dulu…, secara lambat-lambat, kito tau bahwa ekonomi kito sedang membangun…

Co Fs                     :    Terima kasih, bagaimana pak Husin sebagai wakil masyarakat desa, bagaimana pengelolaan lubuk larangan kedepan, kalau mendengar beberapa ancaman yang kata pak Zainal sudah mengkhawatirkan.

Husin                     :    Kalau menurut pendapat saya masalah ancaman ini sesuai dengan yang dibicarakan Bapak-bapak sebelumnya, kalau ancaman itu dari luar atau dari dalam. Penjagaan dari masyarakat untuk yang akan datang.

                                    Pertama, kita melihat dari segi mufakat, segi apa hasil mufakat yang dapt kita rancang untuk pengamanan, tergantung dimensi waktu, sebab yang sudah-sudah yang seperti sekarang ini kalau untuk ronda kecil sekali kemungkinan, jadi untuk kedepan sepertinya masih menemui jalan buntu, mau kita letakkan ancaman untuk penjagaan diperketat, mungkin di masyarakat tidak terpikul, contohnya saja seperti penjagaan yang sistem ronda, atau diupahkan, darimana keuangan kita dapatkan honor pembayaran untuk penjagaan tersebut, jadi sekarang ini kelihatannya masih awam untuk penjagaan. Penjagaan masa yang akan datang, kalau bisa di forum ini atau bagi yang hadir memberikan terobosan, kalau kami memantau sekarang, sebatas itu pak.

Co Fs                     :    Terakhir ke pak Rahman, ini soal bidang pendidikan, ada keinginan melestarikan, ada keinginan peningkatan ekonomi dari lubuk larangan tapi di satu sisi sekarang kita adak khawatir, saya lihat ada semangat mempertahankan berlama-lama lubuk larangan ini, tapi kito belum bisa memikirkan mimpi kita supaya tercapai itu, kalau saya lihat jawabannya lima tahun lagi lubuk larangan ini entah ado entah tidak karena suasana ekonomi kito berubah. Nah dari segi anak-anak kito sekolah itu kito kembali kesitu lagi, supaya anak-anak tu tau ikan sema’ tu yang kayak mano.

                                    Dari sekolah misalnya, ado istilahnya pendidikan muatan lokal, dan pendidikan lingkungan, artinya ada terobosan, supaya … o… lbuk larangan ini dari Pemerintah Tingkat I yang mempromosikan, sudah sampai kemano-mano, nah dari segi anak sekolah inilah… karena inilah nanti yang akan melihat kedepan, yang akan bisa mempertahankan itu. Nah… kiro-kiro bagaimana… pak ?

Rahman                  :    Baiklah kami akan menjawab sesuai kemampuan kami, dimano semua jawaban tadi benar tetapi belum melengkapi, ini ada kemungkinan kekurangan SDM masyarakat Desa Telentam, nah dengan kekurangan SDM tersebut di masa-masa sekarang Insya Allah generasi yang akan datang dapat merobah dari yang kurang baik menjadi baik, selanjutnya seperti tujuan mendirikan lubuk larangan ini. Sesuai dengan yang Bapak bilang tadi, kalau sudah selesai kemana lagi kita arahkan, kalau kita arahkan ke jalan bagaimana kita menyelesaikannya, ada kemungkinan kalau satu kali panen lubuk larangan apakah bisa membangun jalan di telentam ini, kan tidak mungkin, mungkin saja dialihkan mendirikan gedung-gedung yang dibutuhkan masyarakat umum, seperti SD, Madrasah dan sebagainya. Terima kasih.

Fs                           :    Terima kasih pak.

                                    Persoalan yang dibicarakan tadi akan coba kita bicarakan hari Jumat pagi.

                                    Diskusi kita ini mungkin kita cukupkan dulu. Dua malam yang akan datang insyaallah kita akan bertemu lagi dan masih tetap akan membahas tentang lubuk larangan ini. Nah bapak-bapak sekali lagi terima kasih, jika ada kesalahan baik yang tersikap maupun terucap kami mohon dimaafkan. Assalamualaikum wr.wb.

 

(setelah fasilitator menutup diskusi, seluruh peserta dan seluruh anggota tim diskusi meninggalkan ruangan.)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *