Metode Penelitian – Metode Sampling – Pendahuluan
Materi ini ditulis ulang dari bahan ajar Metode Penelitian oleh Yth, Bpk. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.Sc
METODE SAMPLING
OLEH
Dr. Ir. Bonar Sinaga
I. PENDAHULUAN
1.1. Peranan Pengambilan Contoh dalam Penelitian
Pengambilan contoh (sampling) adalah suatu proses pemilihan suatu bagian (contoh) yang repsentatif dari suatu populasi. Sedangkan dalam suatu proses pencacahan lengkap (sensus), setiap anggota (unit) populasi dimasukkan sebagai contoh responden.
Penelitian (metode survei) dengan mengambil contoh dari suatu populasi, lebih sering digunakan dibandingkan dengan pencacahan lengkap, karena alasan-alasan berikut:
1. Metode survei lebih cepat dan biaya lebih rendah.
2. Memberikan informasi yang lebih luas (comprehensive).
3. Memberikan hasil dengan ketelitian (accuracy) yang lebih tinggi.
4. Memungkinkan penghematan dalam waktu dan biaya, maka penelitian dengan contoh survei dapat menggunakan populasi-populasi yang lebih besar dengan berbagai jenis variasi.
Metode pengembilan contoh (sampling method) mempunyai peranan penting dalam suatu penelitian. Apabila contoh responden diambil dengan cara yang tidak tepat, penemuan-penemuan yang diperolah tidak sah bila digeneralisasi terhadap populasi. Atau apabila metode pengambilan contoh yang digunakan tidak benar penemuan-penemuan yang diperolah dari penelitian tersebut tidak dapat dievaluasi secara obyektif.
Agar supaya penemuan-penemuan dapat dievaluasi secara obyektif maka metode pengambilan contoh yang digunakan haruslah memenuhi syarat bahwa peluang contoh (probability sample) untuk terpilih dari suatu populasi dapat diketahui.
1.2. Kriteria Pemilihan Metode dan Ukuran Contoh
Secara umum metode pengambilan contoh yang diinginkan (ideal) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dapat menghasilkan “gambaran” yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti.
2. Dapat menentukan “presisi” dari hasil penelitian.
3. Prosedurnya “sederhana” sehingga mudah dilaksanakan.
4. Dapat memberikan “keterangan” sebanyak mungkin dengan biaya tertentu.
5. Merupakan “penghematan” dalam waktu tenaga dan biaya.
Pemilihan metode pengambilan contoh yang akan digunakan dalam suatu penelitian, sebaiknya mempertimbangakan hubungan antara waktu, tenaga, dan biaya yang tersedia dengan besarnya presisi yang dapat diterima. Dengan kata lain, peneliti harus menyadari bahwa terdapat hubungan rada-korban (trade-off) antara waktu, tenaga, dan biaya di satu pihak dengan tingkat presisi di lain pihak. Suatu metode pengambilan contoh lebih “efisien” dari metode yang lain, apabila dengan jumlah waktu, tenaga, dan biaya tertentu, memberikan tingkat presisi yang lebih tinggi; atau dengan tingkat presisi yang sama, memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih rendah.
Dalam setiap penelitian, kita harus memutuskan berapa besar ukuran contoh (sample size) yang diambil sehingga informasi yang diperolah dari contoh yang terpilih dapat memberikan gambaran yang representative dari populasi yang diteliti. Berikut ini adalah tiga kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besar contoh dalam suatu penelitian.
1. “Tingkat keseragaman” (degree of homogeneity) dari populasi. Makin seragam suatu populasi, semakin kecil contoh yang perlu diambil. Sebaliknya, semakin tidak seragam populasi, maka semakin besar contoh yang harus diambil.
2. “Tingkat presisi” yang dapat diterima. Makin tinggi tingkat presisi yang diinginkan, semakin besar contoh yang perlu diambil. Sebaliknya, kalau penelitian dapat menerima tingkat presisi yang lebih rendah, maka ukuran contoh dapat diperkecil.
3. “Waktu, tenaga, dan biaya” yang tersedia. Jika jumlah waktu, tenaga, dan biaya yang tersedia lebih besar, maka ukuran contoh dapat diperbesar. Sebaliknya kalau waktu, tenaga, dan biaya terbatas jumlahnya, contoh yang dapat diambil juga terbatas dengan akibat tingkat presisi yang diperoleh menjadi rendah.